“Say, Iove you.” Suara samar yang terdengar di telinga membuat Jena terjingkat kaget. Dia langsung menegakkan kepalanya kembali, menatap Dante yang perlahan mulai mengerjapkan matanya. Ekspresi kagetnya terlukis jelas di wajah Jena, bercampur dengan rasa bahagia sekaligus haru. “Ka-kamu … kamu sudah sadar?” Nada bicara Jena sampai bergetar saking senangnya. Lalu ia gelagapan bangkit berdiri, hendak memanggil dokter. “Biar aku panggil dokter —” Namun Dante lebih dulu mencekal tangannya sambil berkata, “Gak perlu, Jen. Aku baik-baik saja.” Baik-baik saja katanya. Bagaimana bisa dia bicara se-enteng itu, padahal dia baru saja dioperasi setelah mengalami cedera di kepala. “Biar diperiksa dokter dulu.” Tangan Jena sudah terulur, hendak menekan tombol Nurse Call di atas bed. Sebelum dokt