Berhadapan dengan Jena yang sedang duduk tenang sambil memamerkan senyumnya, Elena malah makin gugup. Wajah cemasnya tercetak jelas nyaris tidak bisa disembunyikan meski dia sedang menunduk. Padahal dia tidak begitu sebelumnya. Bahkan saat berhadapan dengan Theressa atau Ardyas sekali pun, Elena akan memasang wajah tegak. Pantang sekali menunduk kecuali jika ia berhadapan dengan Dante. “Jadi gimana, El?” tanya Jena. Ekspresi tenangnya sirna, berganti dengan rasa penasaran hingga membuat dua alisnya nyaris bertaut. Elena susah payah menelan salivanya. Tenggorokan mendadak kering, mulutnya cekat engan terbuka. Sepertinya, tubuhnya sepakat untuk memberontak pikiran serta hatinya. Sejak tadi ia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri. Harusnya dia melaporkan situasinya lebih dulu pada Da