Timothy berjalan dengan langkah panjang menuju mobil yang terparkir di halaman. Beberapa kali mengusap darah segar yang masih keluar dari bibirnya yang robek. Sial, dia tidak membawa tisu saat itu, jadi hanya bisa mengusapnya dengan tangan kosong. “Kenapa wajahmu, dipukul lagi?” tanya seorang pria yang duduk santai di kursi kemudi sambil menikmati sebatang rokok. Tidak langsung menjawab, Timothy justru mendesah kasar, kemudian mengambil beberapa helai tisu untuk mengusap darah di bibirnya. “Kau serius mengatakan itu? Padanya?” Pria yang kerap disapa Ronan itu membuang puntung rokok, lalu menoleh dan melanjutkan kalimatnya, “Sudah kubilang gak usah bilang, kenapa malah bilang. Bodoh!” Timothy tidak menggubris. Menurutnya, dia memang layak mendapat bogeman dari bosnya, karena lancang me