Keputusan Jena untuk masuk ke dalam rumah dirasa cukup tepat. Jika tidak demikian, mungkin dia tidak akan tahu seberapa berantakannya rumahnya itu sekarang. Garis police line yang dipasang di sana seolah tak berguna. Nyatanya, tempat itu mudah dimasuki begitu saja. Bahkan pintu rumahnya juga tidak di kunci dengan baik. Semua perabotannya juga, nyaris tak bersisa. Rupanya perkataan Dante terkait perabotan yang dijual Abi itu benar adanya. “Sialan, dasar gak tahu diri!” umpatnya kasar. Rasa jengkelnya nyaris mencapai ubun-ubun. “Sudah menumpang, malah menjarah. Memang b******n k*****t, benalu sialan!” Kepalan tangan Jena menguat, bibir bawahnya digigit cukup kuat. Matanya sudah basah tidak tahu sejak kapan. Dia marah, sangat marah. Sialnya, dia tidak bisa melampiaskannya dengan bebas, a