Bercinta

1005 Kata
"Untuk menjadikanmu sebagai milikku seutuhnya." Jawab Cindy yang langsung menyambar bibir Noval dengan rakusnya, serta tangan yang sudah bergerak untuk melepaskan ikat pinggang Noval, membuat Noval langsung tersadar dari pancingan gairah yang diciptakan oleh Cindy. "Tante, ini di rumah sakit." Kata Noval seraya menahan tangan Cindy yang ingin bergerak untuk membuka ikat pinggang Noval. "Tenanglah, Sayang. Kamar ini tidak terpakai. Sambil menunggu mama kamu sadar, kita bisa bermain sebentar." Kata Cindy dengan nada sensualnya, serta tangan yang mulai mengelus lembut d**a Noval, bahkan sampai melepaskan seluruh kancing kemeja kusut Noval, hingga Cindy dapat menikmati perut kotak-kotak Noval. Noval berusaha menahan hasratnya yang sedang dipancing oleh Cindy, yang sialnya, Noval mudah tergoda dengan sentuhan kecil Cindy. Cindy terus menyentuh dan bahkan menghisap d**a dan juga leher Noval, hingga membuat Noval mulai kehilangan kendali. "Ahhh, Tante… Desah Noval saat tangan Cindy mulai menyentuh pusaka Noval yang mulai tegang, bahkan sangat jelas dapat Cindy rasakan kalau Noval mulai tidak bisa mengendalikan gairahnya. Cindy tersenyum mendengar suara desahan Noval. Cindy semakin bersemangat memancing nafsu Noval, hingga tubuh keduanya sudah sama-sama berkeringat. Noval yang sudah terpancing nafsunya langsung menggendong tubuh Cindy, dan meletakkan tubuh Cindy di atas nakas, lalu tangan Noval meraba dengan lembut paha Cindy, hingga dress Cindy tersingkap karena sentuhan tangan Noval. Bibir Noval terus bermain di leher dan juga gunung kembar Cindy yang sangat besar, hingga nafas Noval ngos-ngosan karena menahan nafsunya yang sudah semakin meningkat dan semakin membuat dirinya kepanasan. Cindy yang juga sudah terbakar gairah, mulai bergerak untuk membuka Zipper Noval, dan meremas adik kecil Noval yang sangat besar karena tegang. "Ahhhh, Tante… Desah Noval saat tangan nakal Cindy berani menggoda adik kecilnya, hingga Noval langsung menjauhkan kepalanya saat sedang menikmati gunung kembar Cindy. "Ayolah, Noval. Aku tidak tahan!" pinta Cindy dengan wajah merahnya karena terbakar gairah. Mendengar permintaan tersebut dari Cindy, Noval langsung menarik kembali celananya, dan kembali membenarkan pakaiannya, hingga membuat Cindy marah, terlebih Noval juga membenarkan pakaian Cindy. "Tante Cantik, Kita ingin mencari kenikmatan, aku tidak mau kenikmatan kita terganggu kalau harus bercinta di sini, meski kamar ini merupakan kamar yang sudah tidak terpakai, tapi aku tidak mau mengambil resiko. Tahan. Kita bisa bermain di rumah Tante." Kata Noval dengan senyum misterius, sambil mencolek hidung mancung Cindy, membuat Cindy tersenyum dan tidak terlihat marah. "Aku suka dengan sikapmu yang begini." Kata Cindy seraya mengelus d**a Noval, membuat Noval kembali harus berusaha menahan gejolak yang dipancing oleh Cindy. "Muach. Cepatlah pulang. Tunggu aku datang." Kata Noval setelah mendaratkan kecupan manis di bibir Cindy, membuat Cindy semakin melebarkan senyumnya, karena ini merupakan pertama kalinya Noval mau mencium dirinya lebih dulu, bahkan tanpa paksaan. "Jangan lama-lama, brondong ku." Kata Cindy seraya melangkah keluar dari kamar rawat tak terpakai tersebut. Setelah Noval melihat Cindy sudah pergi, Noval langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan memejamkan matanya merasa tidak mengerti apa yang ia lakukan tadi pada Cindy. "Kenapa aku harus menghancurkan prinsipku yang tidak ingin menghancurkan keluargaku." Gumam Noval yang telah menyadari apa yang ia lakukan tadi pada Cindy. Cukup lama Noval terdiam di kamar rawat yang tidak terpakai itu, Noval kembali keluar dan duduk di depan pintu ruang operasi dimana Fina saat ini sedang berada di dalam. Noval menjadikan kedua tangannya sebagai penyangga kepalanya yang terasa pusing. Berulang kali Noval mengusap wajahnya, dan memejamkan matanya karena merasa pusing dengan perjalanan hidup yang begitu sangat sulit untuk ia jalani. Noval memang bukan anak kandung Fina, tapi Noval akan berusaha semaksimal dan bahkan akan berjuang dan mengorbankan apapun itu demi menyematkan Fina. Noval juga tidak peduli, meski ia harus mengorbankan kebahagiaannya demi sang Mama. Mengingat dulu saat dirinya kecil, bahkan sedari bayi, Fina memberikan kasih sayang untuk dirinya sepenuhnya, bahkan melebihi anak kandung sendiri. Jadi, Noval harus memperlakukan Fina layaknya ibu kandung, seperti yang dilakukan Fina untuk dirinya. Noval seketika tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara pintu ruang operasi di buka. Noval terkejut karena dokter keluar dengan begitu cepatnya. Noval takut terjadi sesuatu dengan Fina. Pikiran buruk mulai memenuhi kepala Noval. "Dok, gimana? Operasi nya gimana?" tanya Noval tergagap "Kita butuh darah. Ibu Fina sangat lemah, dan butuh tambahan darah. Saya akan mengeceknya terlebih dahulu, apakah stok darah yang sama dengan Ibu Fina masih ada atau tidak." Jawab dokter yang membuat Noval terasa lemas seketika. "Dok, cepat cek. Katakan kalau stoknya habis, saya akan segera mencarinya. Tolong, Dok. Bergerak lebih cepat!" pinta Noval dengan penuh permohonan, karena Noval tidak ingin mendengar kabar buruk dari dokter mengenai kondisi sang Mama. Dokter segera pergi untuk melihat stok darah yang sama dengan Fina. Tidak lama dokter pergi, dokter kembali datang dengan membawa sekantong darah yang akan dijadikan sebagai bantuan buat Fina. "Syukurlah stok darahnya masih ada, meski ini stok terakhir." Kata dokter seraya menunjukkan sekantong darah tersebut pada Noval, membuat Noval langsung menghela nafasnya lega, karena tidak perlu menunggu dirinya untuk mencari donor darah buat Fina, yang akhirnya dapat membuang-buang waktu saja. "Syukurlah. Berapa lama waktu yang akan digunakan untuk operasi, Dok?" tanya Noval yang merasa takut "Sekitar satu jam lebih." Jawab dokter "Cepat tolong Mama, Dok!" Pinta Noval yang langsung di iya kan oleh dokter, dan dokter kembali masuk ke ruang operasi, dan mulai mengambil tindakan untuk melanjutkan menyelamatkan Fina. Lampu ruang operasi mulai menyala berwarna merah, tanda kalau operasi dimulai. Noval pun berdoa, berharap Fina bisa diselamatkan, dan kembali berkumpul dengan dirinya. Noval sedikit beruntung karena Cindy telah memberi tahu dirinya tentang penyakit Fina, karena kalau tidak, mungkin sampai saat ini Noval tidak tahu, dan Noval pasti akan membiarkan penyakit Fina semakin menyebar pada tubuhnya. Noval yakin, pasti akan terjadi hal yang buruk pada Fina kalau ia sampai saat ini masih belum tahu tentang penyakit Fina. Saat Noval merasa takut karena Fina, tiba-tiba ponselnya berdering, dan dengan cepat Noval mengeluarkan ponsel bututnya, dan sedikit terkejut saat melihat siapa yang menghubunginya. "Mau apa Tante Cindy menelpon ku?" Gumam Noval saat melihat ternyata yang menghubunginya itu ada Cindy. Karena Noval masih ingat Fina, akhirnya Noval memutuskan untuk mengesampingkan egonya, dan menerima panggilan masuk dari Cindy. "Hallo, Tante!" sapa Noval dengan nada pelannya "Cepatlah, Sayang. Ke Rumah. Aku sudah tidak tahan. Aku menginginkanmu…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN