Melinda masuk ke kamar hotelnya. Kamar suite mewah itu begitu luas, dengan jendela besar menghadap ke gemerlap kota. Tirai beludru berwarna emas menjuntai, karpet lembut membungkus lantai, dan ranjang king size dengan sprei putih bersih menunggu tubuhnya yang lelah. Ia menjatuhkan diri di atas kasur, senyum kecil masih tersisa di bibirnya. “Besok aku akan jadi pengantin… istrinya Zico.” Hatinya berdegup cepat, antara bahagia, gugup, dan rasa tidak percaya bahwa semua ini terjadi begitu cepat. Orang tuanya, Andika dan Anne, berada di kamar sebelah. Melinda merasa aman, yakin bahwa malam terakhirnya sebagai gadis akan berjalan tenang. Namun tepat pukul sembilan malam, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Melinda mengernyit, setengah malas bangkit dari ranjang. Dengan langkah hati-h

