“Jadi ini kafe baru yang kamu maksud?” tanya Neva pelan, matanya menatap bangunan yang dipenuhi lampu-lampu kekuningan, hangat sekaligus meriah. Mobil mereka baru saja berhenti tepat di depan kafe yang tampak ramai. “Iya,” balas Ardan sambil tersenyum kecil. “Tapi jangan lihat dari luarnya dulu. Kalau belum masuk, kamu nggak akan tahu serunya seperti apa.” Ia lalu membuka pintu mobil dengan sikap tenang. Neva mendecak ringan, lalu tersenyum tipis. “Bisa aja kamu, Ardan.” Tangannya terulur memukul pelan lengan Ardan sebelum ikut turun. Begitu kakinya menapak, Neva menoleh lagi ke arah kafe. Dari luar, suasananya memang ramai, tapi tidak bising. Musik akustik terdengar samar, berpadu dengan suara orang-orang yang bercakap. Lampu-lampu gantung berbentuk bola kecil menjuntai dari atap, menc