Vartan menekan pedal gas lebih dalam. Mobil melaju cepat di jalan yang mulai padat, sementara pikirannya masih berputar pada pemandangan yang baru saja ia lihat, Neva duduk di samping Ardan, tertawa kecil seolah dunia di sekitarnya tak berarti apa-apa. Gambar itu menancap di benaknya, mengganggu setiap denyut nadi. Diana yang duduk di sampingnya mulai gelisah. Ia bisa merasakan perubahan suasana dalam mobil. Napas Vartan terasa lebih berat, ekspresinya kaku, dan tangannya mencengkeram setir seolah sedang menahan sesuatu yang besar di dalam dirinya. “Mas Vartan, pelan-pelan. Kita nggak buru-buru, kan?” ucap Diana hati-hati, mencoba memecah ketegangan. Vartan tersadar sejenak. Ia melirik ke arah Diana, lalu mengendurkan sedikit tekanannya pada pedal gas. “Iya, maaf, aku cuma… sedikit terb