“Aku melakukan itu semua karena terpaksa, Neva!” suara Vartan pecah, bercampur antara amarah dan luka. “Aku sudah minta pengertian darimu dan kamu bisa mengerti… tapi kenapa sekarang kamu mempermasalahkannya? Malahan kamu keluar bersama Ardan… aku cemburu berat melihat itu, kamu tahu?” ucapnya lagi, kini langkahnya semakin mendekat. Neva mundur setapak, menatapnya dengan wajah tegang. Namun sebelum sempat bicara, Vartan langsung menariknya ke dalam pelukan. Pelukan itu bukan pelukan hangat seperti dulu, kali ini penuh tekanan, penuh emosi yang tak terkendali. “Vartan, kamu mau apa?” Suara Neva tercekat. Dadanya sesak karena pelukan itu terasa terlalu erat, lebih seperti genggaman yang memerangkap daripada memeluk. “Aku nggak suka kamu dekat dengan pria lain,” desis Vartan, napasnya bera