Vartan tersenyum kaku, buru-buru mematikan layar ponsel. “Nggak ada... pesan biasa aja,” jawabnya, meski hatinya berdegup kencang, khawatir sandiwara kecil itu bisa terbongkar kapan saja. Dia tahu pesan dari Neva tidak bisa diabaikan, mengabaikan pesan dari kekasihnya itu sama saja artinya dengan lengkap tapi sedang dia lakukan saat ini di luar. Ia kemudian bicara pada Diana. “Aku mau balas pesan lain dari teman sebentar, Kamu tunggu di sini dulu atau mau melihat-lihat di sekitar sini nanti bila sudah selesai aku akan susul kamu,” ucapnya meminta izin. Diana pesan dari siapa dan dia sama sekali tidak ada rasa curiga pada Vartan. “Ya, Mas, aku masih memilih kain batik untuk ibu dan tante,” balas Diana dengan senyum tipis menghiasi bibir. Vartan kemudian bergeser sedikit dari tempatnya