Vartan duduk diam di balik kemudi, menatap jalanan di depannya dengan mata kosong. Mesin mobil masih menyala, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Bayangan wajah ibunya muncul begitu jelas, dengan tatapan penuh selidik yang biasanya selalu hadir setiap kali dia pulang. “Apakah Ibu akan langsung menanyai aku? Tentang Diana, tentang perjalanan hari ini?” Hanya memikirkannya saja membuat dadanya sesak. Ia tahu ibunya punya kepedulian yang besar, tapi di sisi lain, setiap pertanyaan akan menjadi beban. Vartan takut tak mampu menyembunyikan kebohongan yang sudah terlanjur ia tanam. Apalagi soal Neva. Satu kesalahan kecil saja bisa membuat semuanya terbongkar. Tangannya mengepal di atas setir, napasnya berat. Ada bagian dirinya yang ingin segera pulang, menemui ibunya, lalu berpura-pura t