Arsen duduk menghadap Kay yang tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit. Tangannya mengusap pipi Kay yang memerah, matanya menatap nanar sudut bibir Kay yang terluka. Perih! Meski Dokter sudah mengobati luka Kay, tetap saja Arsen merasa dadanya begitu nyeri setiap kali melihat luka-luka di wajah dan tubuh Kay. Tangan Arsen beralih mengusap pelipis Kay yang di perban. "Pasti sakit?" gumamnya. Melihat semua luka Kay, membuat Arsen terbayang-bayang pada perbuatan Liam tadi. Sedetik saja Arsen terlambat datang, maka ia tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Berengsek! Arsen tak habis pikir kalau Liam akan senekad itu, pantas saja perasaan Arsen tak karuan, begitu mencemaskan Kayra. Membayangkan tubuh Kay dijamah oleh Liam membuat emosinya mendidih! Rasanya Arsen ingin sekali memat