"Will you marry me, Kayra?"
Ucapan Arsen terus terngiang di pikiran Kay, berputar-putar mengalahkan kaset rusak. Kay berusaha mengenyahkan pikiran konyolnya, tak bisa Kay bayangkan jika dirinya benar-benar menikah dengan Arsen.
Seriously?
Meski jantungnya sering cenat-cenut setiap kali berdekatan dengan Arsen, tapi Kay sangat yakin jika dirinya hanya sebatas canggung bukan karena cinta.
Seyakin itu Kayra.
Meski Kay tak pernah menyangkal, terkadang terbesit perasaan rindu akan sentuhan pria itu.
Oh, s**t!
Kay menggelengkan kepalanya, memukul-mukul jidatnya. Apa otaknya mulai tidak waras? Sepertinya iya, bagaimana mungkin Kay bisa berpikiran konyol kaya gitu?
"Kenapa?" Suara berat Arsen menyentak Kay dari lamunannya.
"Ya?" Kay menoleh ke Arsen yang sedang fokus mengemudi.
