Dalam senyap suara perut Kay berbunyi bagaikan auman anak singa. Kay membuka matanya lebar, menghela napas kasar. Seberusaha apapun ia memejamkan matanya, namun perutnya tak bisa diajak kompromi. Kay memiringkan tubuhnya, menatap Arsen yang tengah terlelap di sampingnya. Kay memandangi wajah teduh Arsen yang begitu tenang, pulas, sampai terdengar dengkuran halus. Membuat Kay jadi tak tega ingin membangunkannya. Tapi, Kay tidak berani jika harus melangkah keluar sendirian. Rumah Arsen terlalu besar dan tampak menyeramkan saat malam. Ditambah kebiasaan pria itu sering mematikan semua lampu di ruangan yang tak terpakai, jelas menambah kesan seram. Karena Kay itu penakut, phobia gelap juga. "Sayang." Percayalah, perempuan seperti Kay juga bisa manja. "Bangun, dong." Telunjuknya bergerak