Marsha mencengkram erat stir mobil, matanya menatap lurus ke depan. Bayang-bayang laknat masih berkeliaran di dalam pikirannya, Marsha semakin geram dan gelap mata setiap kali memorinya memutar adegan Arsen dan Kay di kantor tadi. “Murahan!” “Jalang!” “b***h!” “Lo pikir bisa rebut Arsen dari gue? Gak bakal, gak bakalan gue biarin lo milikin Arsen, Kayra.” Marsha tersenyum miring. Marsha menancap gas, memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Tujuan Marsha sudah jelas, kantor kakaknya. Ke mana lagi jika bukan ke tempat kakaknya untuk mengadukan perihal kejadian tadi. Marsha memarkirkan mobilnya secara asal di depan lobi kantor Liam, dia memberikan kunci mobil kepada security untuk memindahkan mobilnya ke parkiran. Marsha berjalan masuk, wajahnya terlihat kusut tidak seperti biasanya ya