Kay mencengkram erat sabuk pengamannya, sepanjang perjalanan Kay terus merapalkan doa. Berharap jika Tuhan akan menyelamatkannya atau setidaknya menurunkan mukjizat dengan menyadarkan Arsen. Sungguh tak bisa Kay bayangkan jika Arsen benar-benar membawanya ke hotel. Bahkan sedari tadi bayangan laknat itu terus muncul di otaknya yang tiba-tiba tumpul. Sekeras apapun Kay berpikir untuk kabur, rasanya mustahil, mengingat bagaimana ketatnya Arsen mengawasi Kay. Lihat saja, sejak tadi pria itu terus meliriknya, menyunggingkan senyuman sialan. Kay tahu jika mereka saling mencintai, tapi bukan berarti Kay akan mengorbankan tubuhnya atas nama cinta. Tidak, tidak akan pernah! Kecuali jika Kay khilaf atau lupa diri. Ehem! Arsen berdehem, menoleh sekilas ke Kayra yang tampak berwajah pucat. “Kamu