Arsen terduduk lemas, menatap nanar Kay yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Sudah delapan jam Kay belum juga tersadar akibat pengaruh obat penenang yang diberikan Dokter. Terakhir kali Kay terbangun, Kay menjerit histeris mengacak-ngacak rambutnya histeris. Bahkan Kay juga enggan didekati dan selalu berteriak setiap kali melihat pria. “Pergi!” teriak Kay histeris, melempar apa pun yang ada didekatnya. Arsen jelas terekjut, ia berusaha mendekat tapi Kay selalu histeris dan berteriak memintanya pergi. Apa yang salah? Arsen bingung, ia tak merasa melakukan kesalahan. Mungkinkah ini karena rasa trauma akibat pelecehan yang dialami Kay. “Kay, ini saya Arsen.” Arsen tak menyerah, ia kembali mendekat mencoba merengkuh tubuh Kay untuk menenangkannya. Sakit hati Arsen melihat Kay