Arsen termenung, matanya tak lepas memandangi Kay yang tengah tertidur. Ada rasa sesak yang menyiksa setiap kali menatap Kay, ingatan akan apa yang terjadi pada wanita itu terus mengusik. Terbesit rasa penyesalan dalam diri Arsen, ia juga tak kalah berengseknya dari Aksa. Mengingat dirinyalah yang mengambil kesucian Kay, meski waktu itu Kay dalam keadaan mabuk tapi Arsen sadar, ia hanya dimabukkan oleh hawa nafsu. Seperti kucing yang diberi ikan, tentu ia akan memakannya tanpa menolak. Seperti itulah Arsen saat itu. “Mama.” Arsen tersentak dari lamunannya ketika mendengar gumaman Kay. Ia menatap wajah Kay yang tampak gelisah dalam tidurnya, keningnya mengerut, bibirnya terus bergumam. “Papa.” Arsen mengusap kening Kay, lembut. Menenangkannya hingga kerutan itu hilang. Betapa malangnya