Marsha berjalan gontai memasuki kantor Liam, penampilannya yang kacau sontak menarik perhatian orang-orang di sana. Para karyawan saling berbisik membicarakan Marsha, namun ia sama sekali tak peduli. Marsha terus berjalan, sorot matanya yang sayu, ditambah ekspresinya yang menyedihkan membuat Marsha terlihat sangat memperihatinkan. Sepanjang jalan, para karyawan mencuri pandang ke arah Marsha. Bagaimana tidak jika penampilan Marsha acak-acakan, perempuan yang dikenal modis dan elegan itu tampil seperti orang tidak waras. Bajunya kusut, bahkan dua kancing teratas terbuka. Rambutnya yang biasa tergerai indah, kini semrawut seperti sarang burung. Benar-benar sangat menyedihkan. “Kamu sudah menemukannya?” Liam sedang menelepon orang suruhannya saat pintu ruangannya tiba-tiba terbuka. “Pok