Ruang makan keluarga Wiratama itu tampak megah dengan pencahayaan hangat dan meja panjang berlapis taplak putih elegan. Piring-piring porselen berhiaskan ukiran emas tersusun rapi, sementara aroma daging panggang memenuhi ruangan. Cindera duduk di sisi kanan Kakek Malik, dengan Elvan di sebelah kirinya. Meski tampak tenang di luar, jantung Cindera berdetak cepat, ini pertama kalinya ia menghadiri makan malam keluarga besar Wiratama sebagai “tunangan resmi”. Sementara itu, Elvan tampak dingin seperti biasanya. Ia menyibukkan diri dengan memotong daging di piringnya tanpa bicara. Tante Vira, ibu Elvan, membuka percakapan dengan senyum sopan tapi bernada menilai. “Jadi… Cindera, kau dokter di rumah sakit, ya? Hebat juga, di usia muda sudah punya karier. Tapi tentu, pekerjaan itu melelahka

