Ketika pertama kali membuka mata, hal pertama yang Zea lihat adalah wajah Linz yang menatapnya khawatir. Gadis itu tengah duduk di sofa yang letaknya berseberangan dengan tempat tidur. Ingatan Zea langsung melayang pada hal yang terjadi sebelum ia hilang kesadaran. Semuanya terekam jelas dalam ingatan Zea dan membuat kemarahannya bangkit. “Kau sudah bangun?” Begitu melihat Zea membuka mata, Linz segera mendekat ke tempat tidur. “Kau ingin minum?” Bukan menjawab pertanyaan Linz, Zea langsung mengajukan pertanyaan. “Di mana ini?” Zea menatap ke sekeliling kamar tempat ia berada. Tempat baru. Asing. Zea belum pernah berada di sini sebelumnya. Tapi dari dekorasinya yang mewah, Zea bisa menebak bahwa ini adalah salah satu tempat milik ayahnya. “Entahlah,” jawab Linz tanpa berani menatap mat