Chasing Memory 8b

1043 Kata
Annette membuka pintu kaca menuju balkon kamarnya, berjalan keluar, lalu berdiri memandangi Aaron di bawah sana. Annette menimbang-nimbang apakah akan menjalankan niatnya atau mengurungkannya? Setelah ragu beberapa saat, ia membulatkan tekad dan memberanikan diri. Annette meremas kertas yang sudah berisikan tulisan tangannya, kemudian membidik dengan saksama. Seketika bola kertas itu melayang menembus gelapnya malam dan mendarat di atas mobil Aaron. Annette sendiri langsung berlari ke dalam untuk menyalakan lampu kamarnya. Di seberang sana, kewaspadaan Aaron langsung meningkat tajam ketika ada benda asing mengenai mobilnya. Disambarnya gumpalan kertas itu, membuka lalu membacanya cepat. BUKANKAH DI LUAR DINGIN? KENAPA TIDAK MASUK DAN DUDUK DI DALAM?  Aaron menoleh kebingungan, mencari dari mana kertas ini berasal, juga orang yang melemparkannya. Tiba-tiba mata Aaron menangkap sesuatu yang berbeda dari biasa, yaitu lantai atas AJ Bridal yang berubah terang. Ia yakin sekali sebelumnya lantai itu gelap gulita.  Matanya melebar ketika menangkap sosok Annette di balkon, tengah menatap ke arahnya. Selama enam hari berdiam diri seperti orang gila di depan butik Annette, Aaron belum pernah sekalipun melihat lampu di lantai atas menyala pada malam hari, baru ini kali pertama. Apalagi melihat sosok gadis itu, lalu mendapat ajakan untuk masuk ke dalam sana, benar-benar hal tidak terduga bagi Aaron.  Ketika Aaron masih terdiam bingung di tempatnya dengan kertas di tangan, lampu di lantai satu AJ Bridal menyusul menyala. Tidak lama terlihat sosok Annette berdiri di depan pintu, melambai kikuk sambil tersenyum malu. Seolah terhipnotis, Aaron melangkah tanpa berpikir lagi, menyeberangi jalan untuk menghampiri Annette. “Mau masuk ke dalam?” tawar Annette begitu Aaron berdiri di hadapannya. “Apa boleh?” tanya Aaron ragu. Jika dipikir-pikir kembali, sejujurnya Aaron merasa heran dengan dirinya sendiri. Dulu, ia bukanlah sosok pria sopan yang akan kikuk ketika berhadapan dengan perempuan. Ia terbiasa bersikap seenaknya, senang menggoda, cerewet, juga jail. Sama seperti masa awal kedekatannya dengan Zea dulu. Tapi berhadapan dengan Annette Johannsen, Aaron sering merasa kikuk juga salah tingkah.  Sikapnya yang berbeda dan cenderung hati-hati ketika berhadapan dengan Annette mungkin karena Aaron menyadari tindakannya tidak logis, karena itulah ia sering merasa ragu dan kikuk.  Annette mengangguk pelan. “Masuklah!” "Apa kau merasa terganggu dengan kehadiranku?" tanya Aaron sambil melangkah masuk mengikuti Annette ke dalam butik. Gadis itu terus berjalan di depan, membawanya ke tempat yang belum pernah Aaron masuki, terus berbelok kemudian menaiki tangga. Rupanya Annette mengajaknya ke lantai atas. Ketika sampai di anak tangga teratas, barulah Aaron tahu bahwa lantai atas butik ini dirancang sebagai tempat untuk tinggal. Satu kata yang dapat menggambarkan perasaan Aaron saat ini. Nyaman. Meski ia tidak tahu alasannya merasa nyaman. "Tidak juga." Annette menggeleng santai sambil berjalan menuju pantry. “Kau mau minum apa?” “Apa saja,” jawab Aaron. Sebagai tamu tidak diundang, ia harus cukup tahu diri. Masih bagus Annette tidak mengusir atau melaporkannya ke pihak berwajib, mengingat kelakuan Aaron yang tidak ubahnya bak penguntit gila. Jadi ketika gadis itu dengan baik hati menyambutnya masuk lalu berniat menyuguhkan minum, sudah sepatutnya Aaron tidak meminta yang macam-macam. “Duduklah selagi aku membuatkan minuman untukmu.” Aaron memilih duduk di meja makan, karena satu-satunya sofa yang ada di ruangan ini terlihat terlalu intim untuk diduduki sepasang orang asing. “Minumlah.” Annette meletakkan secangkir coklat hangat di meja makan. “Aku tidak tahu apa kau suka atau tidak. Tapi setidaknya minuman itu bisa membantumu menghangatkan tubuh.” “Terima kasih,” ujar Aaron malu. Harus ia akui, berdiam diri di jalanan pada awal musim semi memang cukup menyiksa. Suhunya masih cukup dingin dan kurang bersahabat. Keduanya duduk berhadapan dalam suasana canggung, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. "Apa kau tidak takut padaku?" tanya Aaron membuka perbincangan. Perlahan Annette menatap Aaron, mengamati raut wajah pria itu, memerhatikan sorot matanya, kemudian perlahan menggeleng. "Sejauh ini kau tidak terlihat seperti orang yang berniat jahat, jadi kau tidak membuatku takut ….” Tanpa sadar Aaron mengembuskan napas lega mendengar jawaban Annette.  “Aku hanya merasa heran saja.” Annette melanjutkan ucapannya yang belum rampung. Aaron tersenyum sendu sambil memainkan cangkir di tangannya. "Mungkin kau menganggapku gila." Kembali Annette menggeleng. "Menurutku kau hanya pria kesepian yang begitu mendambakan kekasihmu kembali." Entah bagaimana, Annette yakin bahwa Aaron tidak gila, meski sikap pria itu menunjukkan sebaliknya. Annette bahkan bisa merasakan cinta yang teramat besar dalam hati Aaron untuk gadisnya yang menghilang lewat tatapan penuh damba di mata pria itu. "Kau benar," aku Aaron. Satu hal lain yang mengherankan, Aaron bisa dengan mudahnya mengatakan kebenaran di hadapan Annette. Padahal mereka hanya orang asing yang baru bertemu minggu lalu. Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka, namun Aaron bisa nyaman mengatakan yang dirasakannya setiap kali ada kesempatan berbincang. Berbicara dengan Annette seolah Aaron tengah berhadapan dengan orang yang telah lama dikenalnya. "Kalau aku boleh tahu ...,” ujar Annette hati-hati. “Sebenarnya apa yang kau lakukan di seberang sana setiap hari? Sudah beberapa hari ini kau terus di sana.” Aaron meringis malu, tapi mulutnya bungkam. Sejujurnya ia heran pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia berubah menjadi pria pemalu, padahal dulu saja ia tidak pernah bersikap malu-malu seperti ini di hadapan Zea. “Adakah sesuatu yang kau cari?" tanya Annette lagi. "Entahlah. Aku sendiri merasa bodoh." Aaron menggeleng tidak percaya mengingat kegilaannya selama satu minggu terakhir. Benar pertanyaan Annette tadi, apa yang ia lakukan? Apa yang ia cari. "Hanya saja berdiam diri di dekat sini membuatku merasa lebih baik." "Maksudmu?" tanya Annette bingung. Bagaimana pria itu merasa lebih baik hanya karena diam di mobil sepanjang waktu untuk memandangi butiknya? Annette tahu Aaron hanya pergi beberapa saat meninggalkan butiknya, lalu tidak lama akan kembali lagi. Dugaan Annette mungkin Aaron pulang ke rumahnya untuk sekadar mandi dan berganti pakaian. "Di sini …." Aaron menunjuk dadanya. "Biasanya selalu terasa sesak dan membuatku sulit bernapas. Sekarang rasanya lebih baik." Jawaban Aaron mengirimkan getaran aneh ke dalam hati Annette. Dan meski tidak bisa mengatakannya pada siapa-siapa, sejujurnya Annette juga merasa lebih baik sejak Aaron selalu diam di seberang butiknya sepanjang malam. Jika biasanya Annette selalu mengalami kesulitan tidur, beberapa hari terakhir ia bisa terlelap dengan nyenyak. "Dan setidaknya aku bisa terhindar dari mimpi buruk yang biasa menghantuiku," ujar Aaron lagi. Deg! Lagi-lagi Annette terkejut karena apa yang Aaron katakan, ia juga mengalaminya. Mimpi buruk yang biasa ia alami juga perlahan menghilang. *** --- to be continue ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN