Chapter 35

1120 Kata
Uhuk! Uhuk! Uhuk! Hazel tersedak hebat oleh s**u yang sedang diminumnya, pertanyaan Gabriel benar-benar mengejutkan dirinya. Dengan sigap Jacob menyerahkan segelas air putih miliknya pada Hazel. Tangan pria itu menepuk pelan dan mengusap punggung Hazel. "Kakak membuatku terkejut!" pekik Hazel kesal setelah batuknya reda. Gabriel nyengir kuda seraya menggaruk kepala belakangnya. "Maaf, aku hanya menyampaikan isi hati dan kepalaku mengenai hubungan kalian. Bagaimana? Kalian akan memikirkan usulanku?" Hazel berdehem, tiba-tiba ia menjadi gugup dan tidak tahu hendak menjawab apa. Pertanyaan Gabriel begitu mendadak dan tak pernah ia sangka. Hazel pribadi bahkan belum pernah mengkhayalkan pernikahannya dan Jacob. Elusan tangan Jacob terasa kembali di punggungnya. Lelaki itu menatap Hazel dengan tatapan hangat seolah mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Hazel. "Kami tidak akan buru-buru, lagi pula kami menikmati status yang sekarang. Menikah terdengar sangat cepat, tapi kalau tunangan terlebih dahulu aku setuju," ujar lelaki itu memberitahu pendapatnya. Raut wajah Jacob benar-benar terlihat serius ketika menyampaikan pendapatnya. Gabriel mengelus dagunya seolah berpikir, pria itu kemudian mengangguk samar. "Bertunangan terlebih dahulu terdengar bagus, setidaknya kalian benar-benar akan terikat nantinya karena sudah maju satu langkah, yaitu tunangan. Bagaimana, Zel?" "Em, a-aku ...," Tiba-tiba Hazel menjadi gagap sendiri. Gabriel menatap snag adik dengan gemas. "Iya atau tidak?" tanya Gabriel, hanya memberikan dua pilihan. "Apakah kau memang serius dengan Jacob sekarang ini?" lanjutnya bertanya. "Tentu saja aku serius," jawab Hazel cepat. "Ya, aku setuju," lanjut gadis itu tanpa pikir panjang. "Habiskan lah makananmu dulu. Kita lanjutkan perbicangan mengenai ini nanti," ucap Jacob. Wajah pria itu bertambah berseri berkali-kali lipat setelah mendengar jawaban Hazel yang setuju. Akhirnya hanya suara dentingan suara sendok yang terdengar di ruang makan. Mereka fokus pada sarapan masing-masing. *** Edgar pulang ke penthouse nya terlebih dahulu sebelum menemui Aditama. Entah karena apa, Aditama memintanya untuk bertemu. Padahal sedang tidak ada masalah di bisnis gelap mereka. Selama bekerja dengan Hazel, Edgar memakai baju kaos di rumah dan kemeja polos ketika di kantor. Berbeda jika ia akan menghadap Aditama, setidaknya ia harus lebih rapi. Setelah mengganti pakaiannya, Edgar memakan sarapan yang telah dibuatkan oleh asisten rumah yang akan bekerja di penthouse itu dari pagi hingga siang. Dia hanya bekerja sebentar, membersihkan penthouse. Karena Edgar sering tidak berada di penthouse-nya ini. "Apa selama aku meninggalkan penthouse, ada sesuatu terjadi di sini?" tanya Edgar pada Elena. Wanita paruh baya itu mengangguk. "Beberapa hari yang lalu Nona Eliana datang, Tuan. Saya mengawasinya, dan ia masuk ke ruangan kerja anda. Saya mencegahnya namun ia membentak dan mengasari saya, Tuan," lapor Elena. Edgar mengangguk paham. "Password penthouse akan ku ganti. Jika dia datang, jangan bukakan pintu. Biarkan saja dia di luar dan menganggap tempat ini kosong. Paham?" Wanita paruh baya itu mengangguk. "Paham, Tuan." Edgar menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Setelah sarapan, Edgar berjalan menuju ruang kerjanya. Kebih tepatnya ia akan membuka rekaman CCTV, ia akan melihat apa yang sedang dilakukan Eliana di penthouse dan ruang kerjanya. Mata tajam Edgar menatap layar komputernya yang menampilkan sosok Eliana yang berjalan anggun memasuki ruangannya. Perempuan itu mengelilingi ruangan kerjanya lalu memeriksa setiap rak dan laci lemari. Dengan beraninya, Eliana membuka laci meja kerjanya yang sialnya lupa ia kunci kemarin. Eliana tampak mengambil map di laci, map berwarna putih. Edgar tahu itu map apa. Map itu berisi data pribadi Hazel dan hal-hal lainnya gang bersangkutan dengan Hazel. Data itu ia kumpul sesaat sebelum melamar bekerja pada Gabriel. Tentu saja ia mencari tahu tentang Hazel. Edgar semakin geram melihat Eliana mengambil foto atas dokumen itu. Sebenarnya apa yang sedang adiknya lakukan? Walaupun Eliana anak Aditama dan secara tak langsung adalah adiknya, Edgar sungguh tidak menyukai sikap Eliana sekarang. Eliana biasanya bersikap tidak peduli dengan pekerjaan yang ia lakukan. Sekarang kenapa gadis itu semakin ikut campur? Sudah berkali-kali ia memberi peringatan pada Eliana. Dan gadis itu tidak mendengarkannya. Sepertinya ia harus meminta bantuan pada Aditama untuk mengurus Eliana agar tidak ikut campur lagi. Edgar mematikan komputernya, ia melirik arloji di tangannya. Sudah hampir pukul sepuluh pagi. Sepertinya Aditama sudah menunggunya. Bergegas, Edgar keluar dari ruang kerjanya. Setelah pamit dan menitipkan pesan pada Elena, Edgar pun pergi masuk ke dalam mobilnya. Untuk urusan password penthouse, akan ia ganti setelah bertemu Aditama. Dan Edgar pastikan, yang tahu password nya itu hanya ia dan Elena. Di perjalanan, Edgar terpaksa memutar arah tujuannya lagi. Baru saja ia mendapatkan informasi dari bawahan Aditama, bahwa posisi Papanya itu kini berada di lapangan golf keluarga mereka. Padahal mereka janjian di perusahaan. Perjalanan membutuhkan waktu yang sedikit lebih panjang karena harus putar arah tujuan. Ketika sampai di tempat tujuan, Edgar langsung turun tanpa mempedulikan kondisi mobilnya yang terparkir seenaknya dan menyerahkan kunci mobilnya pada petugas yang berjaga di depan. "Papa," panggil Edgar. Aditama sedang fokus membidik sasaran di depan sana, lalu mengayunkan tongkatnya. Bola golf tersebut melayang jauh hingga masuk tepat sasaran ke dalam lubang yang ditargetkan sebelumnya. Aditama berbalik menatap putra angkatnya, pria tua itu duduk di kursi panjang yang telah tersedia. "Akhirnya kau tiba juga. Duduklah," titahnya. Edgar langsung duduk di sebelah Aditama. "Ada masalah apa hingga Papa memanggilku?" "Aku hanya menanyakan tentang rencanamu itu, karena sangat lambat dan juga aku mendengar gadis itu menjalin hubungan dengan Jacob Similian sang pianis." Aditama berujar santai. Edgar diam membisu. "Belum saatnya, Pa." Mata Aditama menatap Edgar dengan memicing. "Aku mencurigai sesuatu, jangan-jangan kau memiliki perasaan pada gadis itu?" tuding pria tua itu. Mata Edgar terbelalak kaget. "Tentu saja tidak!" jawabnya cepat. "Aku hanya menunggu waktu yang tepat, Pa. Papa tidak usah khawatir," lanjutnya. Aditama menghela napas. "Kau sudah terlalu lama mengundurnya. Bagaimana kalau kedepannya gadis itu malah bahagia menikah dengan si Jacob itu? Tugas menjadi bodyguard gadis itu tentu sudah berakhir. Semuanya selesai tanpa kau bisa mengatasi gadis itu dan kakaknya." "Aku bisa mengatasinya dengan tepat, Pa. Percaya padaku. Dari pada hal ini, aku ingin meminta bantuan pada Papa." "Apa itu?" "Katakan pada Eliana untuk tidak usah ikut campur. Dia ingin ikut campur dengan masalah ini, dan aku sedikit terganggu. Bisakah Papa beritahu padanya untuk tidak melakukan hal yang tidak berguna seperti itu?" "Eliana ikut campur?" tanya Aditama tak percaya. Padahal yang ia tahu, selama ini Eliana tak tertarik dengan segala jenis permasalahan dan urusan pekerjaannya dan Edgar. Anak itu hanya bersenang-senang setiap harinya, berbelanja, makan, traveling ke luar negeri. Tapi sekarang kenapa malah jadi begini? Edgar mengangguk. "Ya, dia bahkan masuk ke penthouse-ku dan mencuri informasi pribadi Hazel di ruang kerjaku." Aditama tertawa. "Aku rasa sebutan mencuri terlalu berlebihan untuk adikmu, Ed. Baiklah aku akan mengatakan padanya untuk diam saja. Tapi kau jangan lupa, habisi mereka segera." Edgar mengangguk dua kali. "Aku akan melakukan itu segera, Pa." "Sekali lagi, aku memberikan perpanjangan waktu padamu, Edgar." *** to be continued... bakal terus update sampai nanti malam, sekitar 9 part lagi. stay tune!^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN