Di sore harinya, ketika Edgar kembali ke mansion Austen. Pria itu melihat Hazel dan Jacob sedang tertawa bersama di ruang tengah. Hanya berdua. Bahkan tidak ada Gabriel di sana.
Edgar tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Yang jelas ia merasa panas dan ingin segera pergi dan tidak melihat mereka berdua lagi.
Tanpa mempedulikan keduanya lagi, Edgar berjalan cepat menuju kamarnya.
***
Makan malam...
Jacob telah memesan makanan dari restaurant, dan perkiraan aplikasi, lima menit lagi pengantar makanan itu tiba.
Satu jam yang lalu, secara tiba-tiba tadi Jacob melarang para pelayan untuk memasak, karena seluruh makanan untuk makan malam ini ia yang bayar dan traktir. Alhasil para pekerja kini bersantai di dapur.
Edgar melipat kedua tangannya di d**a dan menatap lurus ke arah Jacob dan Hazel yang masih saja berbicara seakan dunia ini hanya milik mereka berdua dan yang lagi nge-kost.
Tringg... Tringg... Tring...
"Ed, coba kau buka pintu di depan," suruh Gabriel karena laki-laki itu kebetulan sedang menatap Edgar.
Edgar berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata itu adalah pengantar makanan. Dengan berat hati ia berjalan menghampiri Jacob.
"Pengantar makanannya sudah tiba, Tuan," ucapnya.
Jacob melepaskan tangan Hazel dan berdiri. "Aku akan membayar dulu," ujarnya pada Hazel.
Setelah mendapat anggukan dari Hazel, Jacob berjalan ke pintu depan. Ia menyuruh para pengantar makanan yang berjumlah lima orang itu untuk masuk dan meletakkan makanan di meja makan. Setelah semua tertata rapi di meja makan, barulah Jacob membayar mereka.
Edgar bergabung dengan Emma, Julia dan pelayan yang lainnya. Kalau bukan karena ingin menjauhi Hazel, tentu ia tak akan bergabung dengan pelayan lainnya, satpam yang berjaga di depan pun baru masuk ke mansion bersama dengan tukang kebun.
"Makan malam ini aku yabg traktir. Kalian jangan canggung untuk mengambil makanannya, okay? Anggap kita sedang merayakan
pertunanganku dan Hazel," Kata Jacob pada para pekerja.
Para pekerja yang bekerjasama di bawah naungan Gabriel pun menoleh menatap sang Tuan, seperti meminta persetujuan.
"Lakukan seperti apa yang dikatakan Jacob, tidak perlu meminta izin padaku." Gabriel berujar.
Para pekerja itu pun tersenyum lebar. "Terimakasih Tuan!" seru mereka serempak, kecuali Edgar. Pria itu hanya diam.
Banyak sekali makanan yang tersaji di meja panjang. Mulai dari tiga kotak besar pizza, delapan puluh sushi, dan makanan lainnya. Tak lupa ada wine dan minuman sirup yang disajikan di atas meja.
Edgar menyantap makanannya di meja paling ujung, bersama pelayan yang lain. Sedangkan Hazel, Jacob dan Gabriel di ujungnya lagi. Edgar tak bisa mendengar pembicaraan mereka bertiga karena jarak yang begitu luas dan juga beberapa pekerja di sebelahnya berbicara.
"Tuan Jacob dan Nona Hazel sangat cocok 'kan? Aku harap setelah bertunangan, mereka akan menikah secepatnya," ujar Julia pada Emma.
Emma mengangguk setuju. "Aku setuju. Aku juga tak sabar melihat ada anak kecil nantinya. Pasti mereka akan setampan dan secantik ibunya," timpalnya.
Mendengar obrolan Julia dan Emma, telinga Edgar semakin terasa panas. Alhasil ia menghabiskan makanannya dengan cepat lalu pamit pada Gabriel dan Hazel untuk ke kamar.
Di dalam kamarnya, Edgar memeriksa iPad-nya, tentu saja ia akan membaca pesan dan email yang dikirimkan oleh bawahan kepercayaannya. Setidaknya hal itu bisa membuat pikirannya teralihkan.
Dahi Edgar mengerut ketika mendapatkan pesan dari Dedrick. Pria itu menanyakan kabar dan kondisinya, termasuk rencana yang akan ia lakukan selanjutnya. Awalnya Edgar sedikit bingung dengan pertanyaan-pertanyaan Dedrick, hingga di pesan paling bawah Edgar tahu, kabar mengenai pertunangan Hazel dan Jacob telah tersebar. Dedrick ingin mengetahui langkah yang harus ia lakukan selanjutnya apa.
Edgar menghela napas pelan. Langkah selanjutnya? Entahlah, ia belum memikirkannya. Mungkin nanti ia akan mengambil keputusan bulat. Memutuskan mengakhiri hidup Hazel malam ini dengan cara diam-diam menyelinap kamar gadis itu entah esok ia akan membuat skenario lainnya.
Edgar meletakkan iPad-nya di meja, ia tak membalas pesan dari Dedrick dan juga pesan bawahannya yang lain.
***
Keesokan harinya, sebelum mengantarkan Hazel ke kantor, Edgar sempat membaca sebuah artikel yang dikirimkan oleh Dedrick.
Pagi-pagi sekali, Dedrick sudah mencari masalah padanya dengan mengirimkan berbagai artikel mengenai Hazel dan Jacob. Bukankah tadi malam Dedrick sudah tahu? Kenapa mengirimkan berita memuakkan itu lagi?
Edgar mengabaikan pesan dari Dedrick lagi, laki-laki itu keluar dari kamarnya dan menuju dapur.
Langkahnya terhenti ketika melihat Jacob ada di sana, dan juga ada Hazel.
"Oh, kau sudah siap?" kaget Hazel. "Em, sebenarnya hari ini aku akan pergi bersama Jacob, setelah jadwal meeting aku dan Jacob akan pergi ke percetakan dan ke butik. Jadi untuk hari ini kau bebas tugas Ed," lanjut gadis itu.
"Tidak, Edgar akan ikut bersama kalian. Bagaimana pun juga dia bodyguard mu, Hazel. Dia harus menjagamu," sela Gabriel tiba-tiba datang dengan langkah pelan karena ia menggunakan kruk.
"Jacob bisa menjagaku," sergah Hazel yang diangguki oleh Jacob.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, setidaknya Edgar adalah sosok pelindung yabg kuat. Terlebih berita mengenai pertunangan kalian sudah tersebar, apa kalian tidak khawatir jika nanti ada fans Jacob yang membuntuti?" cerca Gabriel.
"Benar juga," gumam Jacob.
Hazel diam membisu, hingga akhirnya ia menghela napas. "Yang kau bilang benar, kak. Baiklah, Edgar ikut juga."
Mereka pun mulai sarapan, dan diikuti oleh Edgar atas interupsi Gabriel.
Suasana pagi itu begitu tenang dan hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu.
***
Lagi-lagi Edgar harus menahan jengkel. Ia menjadi sopir Hazel dan Jacob, pasangan itu duduk di belakang dan mengumbar kemesraan yang rasanya membuat Edgar ingin muntah.
"Sudah sampai," kata Edgar datar. Sekilas ia melirik pasangan yang duduk di jok belakang.
Hazel dan Jacob sama-sama turun dari mobil tanpa mengucap sepatah katapun pada Edgar.
Edgar menghela napas, ia kembali melajukan mobilnya untuk memarkirkan mobil itu.
Belakangan ini, Edgar merasa sangat jauh dengan Hazel. Biasanya ketika di mobil mereka akan membahas apa saja, terlebih Hazel yanh cerewet. Menanyakan ini itu dan ia yang menjawab. Tapi tadi sudah berbeda, kemarin pun juga. Ia merasa tak dekat lagi dengan Hazel.
Kalau dipikir-pikir lagi, semua seperti berjalan sesuai alur, aman, damai, dan terkesan santai. Hazel pun perlahan menganggapnya seorang teman, dan tanpa sadar Edgar juga nyaman ketika berada di samping gadis itu.
Perasaan macam apa yang sedang ia rasakan ini?
Kalau boleh jujur, Edgar sangat senang ketika menghabiskan waktu dengan Hazel. Memperhatikan gadis itu ketika bekerja, makan siang di restaurant bersama, dan juga menikmati es krim.
Edgar bukan pecinta makanan manis atau pun pecinta dessert. Tapi dengan Hazel, selera berubah. Ia jadi suka pada es krim, dessert manis dan dingin itu.
Edgar mendesah pelan. Kenapa ia begitu uring-uringan seperti ini? Harusnya ia bersikap biasa saja.
Lagi-lagi ia sendiri tak mengerti kenapa ia bersikap seperti ini. Apakah ada yang bisa menjelaskan kenapa ia bisa seperti ini?
***
tbc...
cape juga ngetiknya, tapi masih ada sekitar 7 atau 8 part lagi, stay tune yaaಥ‿ಥ
follow igku: Kangnield (dm aja kalo mau difollback)