Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Hazel dan Jacob tiba. Yaitu hari pertunangan mereka. Pertunangan mereka akan dilangsungkan pada pukul empat sore.
Acara dilangsungkan di mansion mewah keluarga Jacob. Sejak tadi malam, Hazel sudah menginap di mansion ini. Sedangkan Gabriel akan datang siang hari sebelum acara dimulai, pria itu akan datang bersama Edgar dan pekerja lainnya yang tentu saja juga diundang.
Sejak pagi, ada berbagai treatment yang dilakukan oleh Hazel. Lilian tidak tanggung-tanggung, wanita paruh baya itu mengundang make up artist dan juga beberapa pegawai salon.
Di mulai wajah, hingga kedua kukunya yang dicat warna.
Semua dilakukan mulai pukul sembilan pagi.
Yumna juga sama seperti Hazel. Gadis itu juga ikut-ikutan treatment. Katanya, mumpung semuanya sedang diundang di rumah, jadi ia tak payah pergi keluar.
Terakhir kali, Hazel melihat Jacob malam tadi, saat usai makan malam. Hari ini ia belum melihat pria itu karena disibukkan dengan persiapan dirinya sendiri.
Kalau pertunangan saja sudah sangat ribet seperti ini, apalagi nanti ketika menikah? Hazel sudah bisa membayangkan seperti apa Lilian akan beraksi, pasti lebih heboh lagi.
***
Tepat pada pukul empat sore, akhirnya acara dimulai.
Hazel sedang menunggu di kursi di sisi kanan bersama Gabriel berada di sampingnya. Sedangkan Jacob berada di kursi di sisi kiri bersama kedua orangtuanya.
Orang-orang telah ramai datang dan juga penjagaan mansion sangat diperketat. Para media yang sudah datang sejak siang pun berusahalah menerobos masuk walau tak berhasil.
Acara itu berlanjut terus hingga pada proses pertukaran cincin. Hazel dan Jacob berdiri berhadapan, Lilian memegang kotak yang berisi cincin mereka. Pertama, Jacob meraih tangan Hazel dan memakaikan cincin yang dihiasi dengan berlian kecil di atasnya. Hingga gantian, giliran Hazel yang memasangkan cincin di tangan Jacob. Cincin mereka tentu berbeda walau design ukirannya sama. Bedanya terletak pada berlian di cincin Hazel, sedangkan cincin Jacob cenderung polos.
Jacob memang tidak tanggung-tanggung ketika memilihkan cincin untuk Hazel. Ia membeli cincin yang sangat indah di lihat dan juga sangat indah di bagian harganya. Alias sangat mahal.
Sekarang mereka telah resmi bertunangan.
Berlanjut ke tahap doa pun dimulai. Berdoa akan hubungan mereka yang akan sampai ke jenjang pernikahan dan memiliki keluarga yang sangat harmonis.
Di barisan para pengawal, Edgar berdiri tanpa ekspresi menatap Hazel dan Jacob di depan sana.
Dedrick hari ini juga ikut menjadi pengawal dadakan, ia berdiri di samping Sang Tuan.
"Kalau tidak kuat melihatnya bersama orang lain, alihkan pandangan anda Tuan. Dari pada sakit hati," celetuk Dedrick dengan pelan, nyaris berbisik.
Edgar menatap Dedrick tajam. "Shut the f**k up!"
Seketika Dedrick diam dan memandang ke depan, ia sudah tidak berani lagi menggoda atau berbicara pada sang Tuan.
***
Di luar dugaan, acara pertunangan Hazel dan Jacob berjalan dengan sangat lancar dan tidak ada masalah.
Para tamu undangan sudah meninggalkan mansion sejak satu jam yang lalu. Acaranya memang hanya berlangsung tiga jam saja, tidak lama-lama.
Malam ini, seluruh keluarga Jacob dan Hazel berkumpul. Mirisnya, keluarga Hazel hanya ada Gabriel. Kedua orangtua mereka tidak memiliki saudara alhasil mereka tidak memiliki sepupu. Berbeda dengan keluarga Jacob yang tergolong cukup besar dan ramai.
Meskipun begitu, Hazel tidak berkecil hati. Ia sudah merasa cukup dengan kehadiran Gabriel walau kaki Gabriel masih dalam tahap pemulihan dan hanya bisa duduk terus. Setidaknya Saka dan Laila juga hadir tadi, ikut memeriahkan acara pertunangannya.
Setelah makan malam bersama, para keluarga berkumpul di ruang tengah. Mulai sibuk berbincang dari satu topik ke topik yang lain hingga berujung pada penentuan tanggal pernikahan Jacob dan Hazel.
Para orangtua sudah saling menyampaikan pendapatnya. Ada yang mengusulkan pernikahan dilakukan satu bulan lagi, ada yang bilang tiga bulan dan ada juga yang mengusulkan satu minggu lagi.
Satu minggu? Itu gila! Tidak mungkin bisa secepat itu.
"Kau sudah lelah?" tanya Gabriel pada Hazel.
Hazel mengangguk. "Ya, dari pagi aku terus bergerak."
"Istirahatlah. Ajak Yumna," suruhnya.
"Lalu kak Gab bagaimana?" tanyanya khawatir. Bagaimana pun mereka malam ini menginap di mansion keluarga Jacob.
"Ada Edgar, dia akan membantuku."
Hazel mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan keluarga, dan ia mendapati Edgar berdiri di dekat pintu.
"Baiklah kalau begitu."
Hazel langsung berpamitan pada semuanya, ia mengajak Yumna untuk istirahat lebih dulu karena mereka memang sekamar.
***
Edgar dan Dedrick berada di halaman belakang mansion. Malam ini mereka tidak tidur dan menghabiskan malam di luar. Berjaga sambil menghirup udara segar. Mereka diperbolehkan untuk tinggal karena Hazel dan Gabriel yang memintanya pada kedua orangtua Jacob. Edgar dan Dedrick merebahkan tubuh di rerumputan yang cukup tebal dan bersih. Menatap ke atas di mana bintang-bintang bertaburan di atas langit malam.
"Tuan, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Hm," balas Edgar berdeham.
"Kenapa anda bisa jatuh ke pesona Hazel? Bertahun-tahun saya di samping anda, ada banyak wanita cantik dan seksi menggoda anda. Dan anda tidak tertarik. Tapi Nona Hazel selalu berpenampilan sederhana, pakaiannya sopan dan tidak terbuka, memang sih wajahnya sangat cantik. Tapi saya heran saja gitu..."
"Itu tandanya aku normal, tertarik pada wanita. Bukankah dulu kau meragukanku?" Edgar menyahut dengan ketus.
Dedrick nyengir kuda. "Itu salah paham Tuan. Saya tidak meragukan anda."
Edgar menghela napas berat. "Aku juga tidak tau apa yang Hazel lakukan padaku, Dedrick. Semua ini seperti air yang mengalir begitu saja," ujar Edgar lesu.
"Mungkin ini pertanda, bahwa anda tidak harus membunuh Hazel untuk melampiaskan dendam anda. Sebaliknya, pertanda bawa anda harus menjaga Hazel dan menyayanginya."
Edgar diam seribu bahasa. "Aku tidak bisa melupakan dendamku begitu saja, Dedrick."
Dedrick merubah posisinya menjadi duduk, ia menatap Edgar lurus. "Ada saatnya kita harus jadi ikhlas Tuan. Mengikhlaskan sesuatu..."
"... Anda tidak harus terus terpaku pada masa lalu, Tuan," lanjut Dedrick.
"Kau tidak mengerti," cetus Edgar.
"Saya mengerti, Tuan. Kondisi kita tidak jauh berbeda, Tuan. Tidak dibesarkan oleh keluarga yang utuh. Bahkan saya dibuang oleh ibu saya dulu ke panti. Kalau boleh memilih, saya bahkan memilih tidak ingin dilahirkan ke dunia jika pada akhirnya dibuang. Saya seperti tidak diinginkan oleh Ibu kandung saya sendiri. Tapi sekarang saya sudah mengikhlaskan semuanya karena semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dan jujur saja hidup saya terasa jauh lebih ringan setelah mengikhlaskan semua masalah ini," ungkap Dedrick.
Edgar menatap Dedrick tajam, ucapan Dedrick sedikit memengaruhi dirinya. "Jangan bicara apapun lagi."
Dedrick menghela napas. "Baik, Tuan." Ia kembali merebahkan dirinya di rerumputan dan menatap bintang-bintang yang bersinar di atas sana.