Chapter 24

1344 Kata
Dua minggu berlalu, sudah selama itu Hazel mengganti posisi Gabriel di perusahaan. Berbagai hal telah Hazel lalui di perusahaan ini, terkadang pekerjaannya membuat kepalanya pusing terlebih jika ia harus lembur bersama beberapa karyawan lainnya. Sore ini, Hazel pulang lebih awal. Tidak lembur seperti dua hari yang lalu. Bersama dengan Edgar seperti biasanya, mereka turun ke bawah. Di lobby, langkah Hazel terhenti ketika melihat sosok Jacob. Pria itu juga memanggilnya. Hazel mengerutkan dahinya. Ia sudah berdiri di depan Jacob. "Ada apa?" Jacob tersenyum, ia mengeluarkan dua tiket dari saku jaketnya lalu memberikannya pada Hazel. "Lusa ada konser piano ku. Aku ingin kau datang," ucap lelaki itu. Hazel menerima tiket itu. "Baiklah, jam berapa?" "Tujuh malam." "Baiklah, aku bisa. Terimakasih sudah mengundangku." Jacob tersenyum lebar kemudian mengangguk. "Aku akan menanti kehadiranmu nanti. Kalau begitu aku pergi dulu." Hazel menganggukkan kepalanya dan membiarkan Jacob berlalu. Gadis itu menatap kertas seperti amplop yang tertera nama Jacob, lokasi konser, dan jam mulainya konser tersebut. Ia mendapatkan dua tiket. Gabriel pasti tidak bisa dan tidak mau, karena menurut kakaknya itu instrumen piano adalah hal yang membosankan. Hazel melirik Edgar di sampingnya. "Kau mau datang bersamaku?" tanyanya. Edgar mengangguk tanpa ekspresi. "Lagi pula saya bodyguard anda." *** Dua hari kemudian... Hari ini adalah konser piano Jacob. Di pagi hari, Hazel menyempatkan dirinya mencari tahu tentang konser yang akan digelar. Satu fakta yang membuat mulutnya menganga ketika membaca sebuah artikel. Tiket konser tersebut sold out dalam satu menit, beberapa penggemar Jacob pun juga banyak yang kecewa karena terlambat dan tidak kebagian tiket. Setelah mengetahui fakta itu, Hazel menghubungi Jacob dan memberinya semangat untuk konser nanti malam dan mengatakan akan datang tepat waktu bersama Edgar. Respon Jacob tentu membuat Hazel senang pula, pria itu tampak senang mengundang dirinya. "Malam nanti aku ingin kau memakai baju yang formal," ucap Hazel pada Edgar. Keduanya kini sedang berada di ruangan Hazel. Edgar mengangguk patuh. "Baik, Nona." "Em, pukul tiga sore nanti kita keluar. Aku ingin ke salon, bagaimana pun juga rambutku perlu ditata dan juga aku butuh riasan yang bagus," celoteh Hazel lagi. Edgar mengerutkan keningnya samar. Untuk apa Hazel memberitahunya? Padahal ia tidak bertanya. "Ya, lakukan apapun yang anda inginkan, Nona." Edgar menyahut santai. Hazel kembali melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai dan ia bisa melakukan apa yang ia inginkan sebelum pergi ke acara Jacob. *** Pada pukul setengah tujuh malam, Hazel telah selesai dirias oleh make up artist ternama dan juga telah mengenakan dress selutut berwarna baby pink yanh begitu lembut di lihat oleh mata. Tatanan rambutnya pun di gerai dengan gaya sedikit curly di bagian bawah-bawah rambutnya. Edgar sendiri juga telah rapi dengan stelan kemeja putih dan jas hitam pilihan Hazel. Padahal biasanya gadis itu tak suka Edgar memakai pakaian hitam, tapi malam ini gadis itu memilihkan jas berwarna hitam untuk bodyguardnya tersebut. Setelah semuanya siap, Hazel memasuki mobil yang telah dibukakan oleh Edgar dan masuk. Sekitar lima belas menit kemudian mereka tiba di pekarangan tempat konser di gelar. Edgar segera mencari tempat parkir yang berada di belakang gedung. Ketika keluar dari mobil, Hazel melihat banyaknya para penggemar dan penonton lainnya. Konser ini memang seperti konser klasik makanya tidak heran pakaian orang-orang pada rapi dan sedikit formal. "Hazel!" Hazel memutar tubuhnya ketika mendengar seseorang memanggilnya. Senyumnya mengembang ketika melihat Yumna, syukurlah ada seseorang yang ia kenal di sini. Lagi pula, tidak heran jika Yumna ada di sini, toh yang memiliki acara adalah kakaknya. "Ternyata kak Jacob benar-benar mengundangmu," ujar Yumna ketika sudah di depan Hazel. Sesekali mata gadis itu juga mencuri lirik pandang ke Edgar yang berada di belakang Hazel. "Kakakmu sangat baik menyisihkan tiket untuk kami," balas Hazel dengan senyum lebar. "Kalau begitu, ayo masuk ke dalam!" Yumna menarik tangan Hazel memasuki gedung. Gadis itu membawa Hazel ke sebuah ruangan. Pintu ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama Jacob. "Di sini ruang istirahat kak Jacob," ucap Yumna memberitahu. Hazel mengangguk paham. "Ayo kita masuk, dia pasti senang melihatmu." Tanpa menunggu balasan dari Hazel, Yumna membuka pintu lalu membawa Hazel masuk. "Hazel sudah datang, kak!" seru Yumna. Jacob yang memakai kemeja putih dan tuxedo putih berbalik. Ia tersenyum lebar menatap ke arah Hazel yang sangat cantik. "You're so beautiful," puji Jacob. Untuk beberapa detik Hazel terpaku pada senyuman di wajah Jacob. 'Astaga! Kenapa pria itu sangat tampan?!' jerit Hazel dalam hati. "T-Terimakasih," balas Hazel tiba-tiba gugup. "Penampilanmu akan segera dimulai, bersiap-siaplah." Seorang pria tiba-tiba muncul dan bicara pada Jacob. Jacob mengangguk. "Baiklah." Tatapan pria itu kembali menatap Hazel dan Yumna. "Aku akan bersiap-siap, lebih baik sekarang kalian duduk di kursi kalian di auditorium sana." Yumna mengangguk. "Kursi kita berdekatan, Hazel!" pekiknya senang. Hazel sudah menduganya sejak awal. "Baiklah, ayo pergi." Hazel menatap Jacob sejenak. "Fighting!" katanya memberikan semangat. Kedua sudut bibir Jacob semakin mengembang lebar mendapatkan kata semangat dari Hazel. "Terimakasih." Kemudian kedua gadis itu berlalu keluar dari ruangan Jacob, dan di luar Edgar sudah menunggu. Yumna menggandeng tangan Hazel dan pergi bersamaan, sedangkan Edgar berjalan di belakang kedua gadis itu. Yumna yang sudah tahu di mana tempat duduk mereka pun memandu. Ada tiga kursi yang sudah di kosongkan secara khusus. Entah gerangan apa, Yumna menempatkan Hazel di sebelahnya, sedangkan Edgar berada di sebelahnya pula. Hazel terlihat tidak keberatan di sampingnya adalah Yumna, bukan Edgar. Hingga seruan suara pria yang menjadi MC terdengar. Desas-desus suara pun lenyap, keadaan berubah hening. Jacob terlihat dengan gagah memasuki aula. Aura pria itu seakan terpancar dan tampak bersinar. Seluruh perhatian penonton terpusat pada sosok laki-laki ber-tuxedo putih itu. Hingga alunan tuts-tuts piano pun mulai terdengar indah. *** Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh lima. Dua puluh menit yang lalu, penampilan Jacob selesai. Ia membawakan banyak judul instrument buatannya, tentunya penampilan Jacob membuat semua orang terpukau. Tak terkecuali Hazel. Sekarang di sinilah mereka berada, di ruangan tunggu Jacob. Pria itu sedang berjumpa dengan para fansnya. Sebelum pergi tadi, Hazel sempat membeli buket bunga yang indah dan harum yang akan ia berikan pada Jacob. Sebagai ucapan terimakasih atas undangannya dan juga apresiasinya pada penampilan Jacob tadi. Cklek! "Syukurlah kau tidak langsung pulang," ujar Jacob ketika masuk ke ruangannya. Dahi Hazel mengerut samar. Namun ia tidak menganggap serius ucapan Jacob barusan. Tangannya terulur menyerahkan buket bunga yang ia beli tadi. "Penampilanmu sangat bagus, dan aku suka dengan alunan lagu yang kau mainkan tadi," puji gadis itu. Jacob menerima bunga itu dengan senang hati. "Aku senang kau menyukai lagunya." Tatapan Jacob beralih ke Yumna. "Kau kenapa tidak pulang?" "Kan aku bersamamu," balas Yumna. "Setelah ini aku akan membawa Hazel ke suatu tempat," pungkas Jacob. "Huh? Ke mana?" tanya Hazel. "Aku sudah meminta izin pada Gabriel tadi, dan dia mengizinkanku," sahut Jacob tidak mengindahkan pertanyaan dari Hazel barusan. "Tapi ini sudah hampir jam sembilan." Hazel tampak ingin menolak. "Tidak lebih dari jam sebelas, aku akan mengantarmu pulang nanti. Mau ya?" bujuk Jacob penuh harap. Hazel menatap Yumna yang mengangguk padanya. "Aku bisa pulang sendiri nanti, kau bisa pergi dengan kakakku," kata Yumna meyakinkan. "Baiklah, Edgar ikut juga ya?" Jacob menggeleng. "Hanya kita berdua. Tenang saja, aku tidak akan macam-macam jika itu yang kau khawatirkan." Pria itu masih menatap Hazel penuh harap. "Baiklah. Aku akan bilang pada Edgar dan menyuruhnya mengantar Yumna lalu pulang." "Eh? Diantar Edgar?" tanya Yumna tiba-tiba gugup. "Ya, ini sudah malam. Lebih baik Edgar mengantarmu." Dengan pipi merona Yumna mengangguk malu-malu. "B-baiklah." Hazel terkekeh kecil, ia merasa Yumna menyukai Edgar. Hazel keluar dari ruang istirahat Jacob, menemui Edgar yang duduk di luar ruangan. "Ed, setelah ini aku akan pergi dengan Jacob. Bisakah kau antar Yumna pulang sebelum kau pulang ke mansion?" Edgar tampak terkejut lalu menggeleng tegas. "Tugas saya melindungi dan menjaga anda." "Gabriel mengizinkannya, lagi pula aku pergi tidak lama kok. Aku bisa menjaga diriku," ujar Hazel meyakinkan Edgar. Edgar menatap wajah Hazel lamat-lamat hingga akhirnya terpaksa mengangguk. "Baiklah, Nona. Tapi selalu aktifkan GPS di ponsel anda," peringat lelaki itu. Hazel mengangguk patuh. "Aku selalu menghidupkannya, jangan khawatir." *** tbc... btw, cerita ini akan sangat panjanggg ... jadi sabar yah nunggu konflik utamanya. cerita ini bakal di buat selama 2 bulan. stay tune terus pokoknya!^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN