Chapter 23

1110 Kata
Keesokan paginya... Kedua kelopak mata Hazel terbuka lebar ketika merasakan sinar cahaya matahari menerpa wajahnya. Ternyata gorden kamarnya tidak terlalu tertutup dengan sempurna. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk lalu merentangkan kedua tangannya. Nyawanya belum seratus persen terkumpul, ia sedikit linglung menatap sekitarnya. Tiba-tiba kepala Hazel dihantam oleh ingatan tadi malam. flashback on~ "Lapar ... aku mau daging. Hmm," Plak! "Siapa kau?! Kenapa sentuh-sentuh?!" bentak Hazel dengan mata yang terbuka lebar namun terlihat linglung. "Saya Edgar, pengawal anda. Sekarang saya antar anda pulang," ucap Edgar kalem. Hazel tersenyum konyol. "Ah Edgar, bodyguard tampanku," ujar gadis itu melantur lagi. "Edgar, kenapa kau sangat tampan dan gagah?" tanya Hazel mengerjap polos. Gadis itu masih dalam pengaruh alkohol. flashback off~ Setelah mengingat semuanya, Hazel bergidik ngeri. Kenapa bisa ia memuji-muji Edgar seperti itu?! Ugh, mau di mana ia letakkan wajahnya nanti?! Tok... Tok... Tok... "Nona Hazel? Anda sudah bangun?" Terdengar suara Emma di luar sana. "Emh, yeah. Aku sudah bangun, Em!" Hazel balas berseru. "Tuan Gabriel menunggu anda sarapan di bawah, Nona." "Iya, aku akan mandi dulu." Setelah itu tak ada lagi suara dari Emma. Hazel buru-buru bangkit dan berlari menuju kamar mandi. Tetapi langkah gadis itu terhenti di depan kaca kamar mandi ketika sadar bajunya berbeda dengan pakaian kantornya kemarin. Padahal ia ingat, ia tidak mengganti baju dan langsung tidur. Apakah Edgar yang menggantikan bajunya?! "AAAAA!" Hazel berteriak seraya menutup kedua telinga dan matanya. *** Hazel mencoba meredam rasa malunya, dengan langkah yang ia buat sesantai mungkin, ia menuruni tangga. Langkahnya sengaja ia buat sangat pelan menuju ruang makan. Hingga tiba di ruang makan, Hazel mengumpat pelan melihat kehadiran Edgar berdiri di sebelah Gabriel. "MORNING!" Hazel berjengkit kaget ketika seruan itu terdengar tepat di telinganya. Dan pelakunya adalah Ansel. Ansel laknat! "Jangan berteriak di telingaku!" geram Hazel. Ansel menyeringai. Ia menaik-turunkan alisnya menatap Hazel jahil. "Ingatkah apa yang kau lakukan semalam?" Wajah Hazel memerah padam, gadis itu memijak kaki Ansel kemudian duduk di kursi. Ansel meringis kesakitan. Berbagai jenis nama hewan ia absen di dalam hati melampiaskan kesakitan yang mendera kakinya. "Ada apa dengan kalian?" Gabriel menatap Hazel dan Ansel bingung. "Tidak ada. Manusia setengah waras itu hanya menumpang sarapan," jawab Hazel seenaknya. Ansel mendengus jengkel, lantas ia berjalan mendekati Gabriel. Pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Hazel menatap Ansel yang sedang menyeringai padanya dengan heran. Apa yang mau dilakukan sahabat kakaknya itu?! "Kau mau melihat suatu video, Gab?" tawar Ansel dengan wajah berseri-seri. "Video apa? Video m***m? Tidak, terimakasih!" tolak Gabriel langsung. Mata Ansel melotot. "Kenapa kau pikir itu video m***m?!" "Karena isi di ponselmu memang itu kan?" ucap Gabriel tepat sasaran. Tentunya ia sudah tahu sejak dulu tabiat sahabatnya itu, terkadang Ansel memang menyimpan video yang tidak-tidak di benda pipihnya. "Bukan, ini video adiknya tadi malam." Ansel tersenyum manis melirik Hazel. Gantian, mata Hazel melotot menatap Ansel. "Kau merekam ku?!" marahnya. "Ya, karena itu tontonan lucu." Ansel menjawab tanpa menatap Hazel, ia sibuk dengan ponselnya hendak memutar video Hazel. Hazel mengerang kesal. "Edgar, ayo kita pergi ke kantor sekarang!" Dengan langkah tergesa-gesa gadis itu meninggalkan ruang makan, diikuti dengan Edgar. Ansel tertawa keras melihat Hazel yang lari terbirit-b***t. Namun ia tetap menunjukkan video Hazel mabuk tadi malam kepada Gabriel. *** Di dalam mobil, suasana sangat canggung. Hazel diam begitu pula dengan Edgar, bahkan radio tidak dihidupkan. "Em, tentang tadi malam..." Hazel memilin ujung roknya gugup. Edgar hanya melirik Hazel dari kaca depan tanpa bersuara. "Aku minta maaf telah merepotkanmu." Ada nada sesal di suara gadis itu. "No problem, itu memang tugas saya menjaga anda," sahut Edgar santai. Sesekali Edgar masih menatap Hazel dari kaca depan, wajah gadis itu tampak ingin mengatakan sesuatu lagi. "Ada yang ingin anda katakan lagi?" tanya Edgar sangat peka. "Bajuku ... Apakah kau yang menggantikannya tadi malam?" tanya Hazel dengan wajah memerah seperti tomat. Astaga, ia sangat malu dan akan sangat memalukan jika benar Edgar yang menggantikan bajunya tadi malam! Edgar berdehem kecil. "Emma yang menggantikannya, Nona." Saat itulah Hazel bernapas lega. "Syukurlah." Tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Hingga akhirnya mobil berhenti di depan gedung perusahaan. Edgar memarkirkan mobilnya dengan cepat kemudian mereka turun. Ketika masuk, Hazel disapa oleh beberapa karyawan yang melewatinya. Beberapa pegawai wanita pun tampak memuji ketampanan Edgar yang selalu berjalan di belakang Hazel. "Selamat pagi, Nona Hazel," sapa Antonio dengan cerah. Hazel berdehem. "Pagi juga." "Apakah tidur anda nyenyak tadi malam? Sekarang anda pusing tidak? Saya membawa minuman pereda mabuk," ucap Antonio kemudian menyerahkan sebuah botol minuman pada Hazel. "Saya baik-baik saja, terimakasih." Hazel menolak minuman tersebut. Antonio tampak kecewa karena pemberiannya ditolak, namun wajah kecewanya berganti dengan senyuman lebar lagi. "Kalau begitu, saya permisi. Selamat bekerja, Nona." Hazel mengangguk singkat. Antonio pun melenggang pergi. Tiba-tiba Edgar mendengar suara perut yang keroncongan. Kedua maniknya langsung menatap Hazel. Edgar menahan senyumnya. "Anda lapar? Bagaimana kalau kita makan dulu, tadi anda tidak sempat sarapan, Nona." Pria itu menawarkan. Hazel mengelus-elus perutnya. "Iya kau benar. Kita keluar cari sarapan dulu." Keduanya kembali meninggalkan kantor. Edgar memilih restaurant yang menyediakan berbagai jenis sup. Di tempat itu ia juga tahu menyediakan sup pengar untuk penghilang mabuk. Rasa pusing dan mual setelah minum-minum pun akan hilang jika memakan sup itu. Sesampainya di restaurant tersebut. Edgar langsung menyuruh Hazel duduk, sementara ia akan memesan. Hanya dalam lima menit, pesanan mereka tiba. "Eh, apa ini?" Hazel menatap sup pereda mabuk yang sudah ada di depannya. "Sup pereda pengar sesudah mabuk. Ini bagus untuk anda," sahut Edgar. Hazel mengangguk paham. Ia mengambil sendok dan mulai mencicipi rasa kuah sup itu yang ternyata tidak terlalu buruk. Hazel melirik ke mangkuk kecil di sebelah mangkuk sup Edgar. "Apa aku juga tidak mendapatkan nasi putih?" "Anda ingin nasi juga? Saya pikir anda tidak suka makan nasi di pagi hari," kelakar pria itu. "Aku mau pakai nasi juga." Edgar memanggil pelayan dan meminta semangkuk nasi di sajikan pula untuk Hazel. Ketika sudah mendapatkan nasinya, Hazel langsung melahap sarapannya. Tampak sangat lahap. Sepuluh menit kemudian mereka telah menyelesaikannya sarapan. Hazel mengusap perutnya yang sudah penuh. Benar saja, setelah makan sup dan nasi itu, ia merasa badannya terasa sudah jauh lebih baik. Tadi pagi, ia merasa sedikit pusing dan letih. Tapi rasa penat dan pusing itu sekarang sudah sirna. Hazel merekam tempat makan ini diingatannya karena jika ia mabuk lagi, ia bisa makan di sini untuk menghilangkan rasa efek mabuknya. "Terimakasih sudah mengajakku makan di sini. Sup-nya sangat lezat," ujar Hazel. Edgar mengangguk dua kali. "Jika saya mabuk berat, saya akan ke sini keesokan harinya. Syukurlah anda suka makanannya." Hazel bangkit. "Ayo kembali ke kantor." *** to be continued... akhirnya double update!^^ don't forget to vote and comments yup thanks for reading ( ◜‿◝ )♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN