Chapter 33

1038 Kata
Sesuai dengan rencana pagi tadi, Jacob datang menjemput Hazel tepat pada pukul tujuh malam. Hazel telah siap dengan dress selutut yang berwarna hitam dengan pita di pinggang kanannya. Polesan make up yang tipis tampak sangat alami di wajah cantik Hazel. Jacob sedang menunggu di bawah berbincang bersama Gabriel. Langkah Hazel hendak turun di lantai bawah terhenti karena Edgar mencekal tangannya. "Ada apa?" tanya Hazel heran. Edgar berdehem singkat. "Rambut anda yang di bagian belakang sedikit tidak rapi, dan jepitan pita di sisi kanan tampak miring, Nona." Mata Hazel membulat. Ia menyerahkan tasnya pada Edgar. "Pegang ini dulu, aku mau merapikan rambut lagi." Edgar memegang tas kecil Hazel, setelah Hazel masuk ke dalam kamar lagi, Edgar mengambil sebuah chip kecil dari saku celananya dan menempelkannya di tas gadis itu. Pergerakan Edgar begitu cepat, seiring berjalannya waktu Hazel merapikan rambutnya. Hazel kembali dengan wajah merengut. "Rambutku sudah rapi, Ed!" cetusnya kesal. Edgar tersenyum tipis. "Berarti saya salah lihat, maaf. Anda sudah sangat cantik malam ini." Kedua pipi Hazel memerah. "Benarkah?" tanyanya malu-malu. Edgar mengepalkan tangannya lantaran menahan diri untuk tidak gemas dengan Hazel kemudian ia mengangguk. "Ia sangat cantik." "Baiklah, aku ke bawah dulu. Terimakasih pujiannya." Hazel menepuk pundak Edgar pelan lalu berjalan menuruni tangga. Sementara Edgar hanya memperhatikan langkah Hazel dari belakang punggung gadis itu hingga Hazel tak terlihat lagi. Ketika sampai di bawah, Hazel dengan gugup berjalan mendekati Jacob dan Gabriel. "Ayo kita pergi!" Jacob menoleh dan langsung terpesona dengan penampilan Hazel malam ini. Yuk yuk "Kau terlalu berlebihan melihatnya," sentak Gabriel. Jacob tersadar lalu terkekeh. "Aku benar-benar seperti melihat bidadari," ucapnya menggoda. Wajah Hazel sudah seperti kepiting rebus, sangat merah. Sedangkan Gabriel berekspresi seperti orang yang akan muntah. "Basi. Gombal aja terus," cibir Gabriel. Hazel menoleh menatap Gabriel tajam. "Iri aja, nggak bisa lihat orang senang," dengusnya. Tatapan Hazel beralih ke Jacob, dengan memberanikan diri dan tak ragu ia mengalungkan tangannya di lengan Jacob. "Ayo kita pergi." Jacob tersenyum lebar dan mengangguk. "Kalau begitu, kami pergi dulu," pamitnya pada Gabriel. "Jaga adikku, jangan macam-macam padanya. Mengerti?" Gabriel menatap Jacob dengan serius. "Aku mengerti." Keduanya pun meninggalkan mansion. Jacob membukakan pintu mobil untum Hazel setelahnya barulah ia masuk ke sisi yang lainnya. Edgar berada di jendela kamarnya, melihat kepergian Hazel dan Jacob. Perhatian lelaki itu beralih ke iPad-nya, menatap layar yang penuh dengan tempat suara dan juga pelacakan. Edgar memang memasang penyadap suara dan juga GPS pada tas gadis itu. *** Sesampainya di mansion keluarga Jacob, keduanya langsung berjalan menuju halaman belakang di mana tempat dijadikan party ulang tahun Yumna. Dengan tangan yang saling bergandengan, mereka berjalan mendekati lokasi pesta. Banyak orang yang datang malam ini, beberapa diantaranya ada yang Hazel kenal karena mereka satu sekolah dulu. "Oh, Laila? Kau juga di sini?" tanya Hazel kaget mendapati Laila dan Saka. "Tentu, Yumna mengundang kami juga." Saka menyahut, mewakili Laila yang sedang meneguk air minum. "Tidak heran juga sih," gumam Hazel. "Ayo kita ke sana," ucap Jacob, menunjuk kepada sekumpulan laki-laki dan wanita yang berada di satu meja bundar besar. "Kami ke sana dulu, ya," pamit Hazel pada kedua temannya. Laila dan Saka serempak mengacungkan jempolnya. "Mereka adalah teman-temanku, aku akan mengenalkan mu pada mereka," bisik Jacob. Hazel mengangguk paham. "Jacob, kau dari mana saja? Baru muncul," salah satu pria bersuara. "Aku menjemput kekasihku, lagi pula acaranya belum dimulai," jawab Jacob santai. "Wah, ini kekasihmu?" Seorang pria lain kini bertanya. "Aku Bella, senang bertemu denganmu," ujar seorang perempuan berambut blonde dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. "Aku Hazel." Hazel membalas uluran tangan Bella. "Aku Tian, yang kemeja cokelat Dante, dan yang rambut keriting itu Vincent," ujar laki-laki bernama Tian. "Halo, salam kenal," balas Hazel kikuk. Mereka berbincang-bincang dengan santai, Hazel dan Jacob telah bergabung di meja itu. Hingga acara pun dimulai. Pertama ada MC yang berbicara, membuka pembukaan. Selanjutnya ucapan terimakasih Yumna pada semuanya yang telah hadir di acaranya lalu mulai dengan lagu dan juga pemotongan kue. Semua berdiri mengerubungi meja panjang yang besar di mana Yumna berdiri dengan keluarganya, senyum lebar tak surut dari wajah Yumna. Hazel berada di sisi kanan Jacob, dan mereka berdiri di barisan para keluarga. Di sisi kiri Hazel, terdapat wanita paruh baya yang tidak Hazel kenal. Ia semakin kikuk ketika menerka wanita itu adalah Bibinya Jacob. Acara dilanjutkan dengan nyanyian artis yang diundang untuk menghibur tamu. Semua tamu mulai menikmati jamuan. Setelah Hazel memakan makan malamnya, Jacob mengajak gadisnya itu untuk menemui keluarganya yang berada di meja depan. Sejak tadi mereka memang berada di meja yang terpisah, tentu saja Jacob juga sadar akan tatapan keluarga dan sepupu-sepupunya yang menatapnya dan Hazel secara terang-terangan. "Jangan gugup, santai saja," bisik Jacob, mengelus punggung tangan Hazel. "Dad, Mom," sapa Jacob pada kedua orangtuanya. Lilian memekik senang karena yang ditunggu-tunggunya sejak tadi akhirnya datang menghampirinya. "Hazel sayang, bagaimana kabarmu?" Lilian menarik Hazel duduk di sebelahnya. Wanita itu bahkan mengabaikan putranya sendiri. Hazel tersenyum. "Sangat baik, Mom. Mommy apa kabar?" tanyanya halus. Siulan menggoda muncul dari beberapa remaja yang duduk di di kursi deretan keluarga. "Wah, sudah manggil Mommy saja nih?" "Tinggal tunggu undangan pernikahan aja lagi nih." "Tidak ku sangka, ternyata kak Jacob sudah punya pacar." "Kakak itu cantik sekali." Berbagai pujian dan godaan timbul. "Jadi, ini siapanya Jacob, Lilian?" tanya seorang wanita paruh baya. "Calon menantuku," jawab Lilian tanpa ragu. "Dia adikku, Mina dan itu sepupu-sepupunya Jacob. Ada Stella, Dyoza, Lulu dan Maya." Lilian mengenalkan satu persatu yang ada di meja itu. Semuanya tersenyum menatap Hazel. Dan Hazel merasa ia sangat disambut di sini. "Halo, salam kenal," sapa Hazel ramah. Satu persatu dari mereka berjabat tangan dengan Hazel. Semuanya begitu ramah, dan Hazel merasa sangat disambut di keluarga ini. Ia sangat suka. Di sisi lain... Edgar duduk di tepian ranjangnya, sebuah earphone terpasang di kedua telinganya. Seluruh obrolan yang Hazel dan Jacob lakukan terdengar olehnya. Rasa panas mendera dirinya ketika mendengar seorang wanita menyebut Hazel calon menantu. Entah mengapa rasa tidak terima ia rasakan begitu besar. Detik hingga menit berlalu, Edgar melirik jam di dinding. Sudah jam sepuluh malam. Tiba-tiba kamarnya terbuka. Cklek! Edgar langsung berdiri menyadari yang datang adalah Gabriel.  "Ada apa Tuan?" "Sudah sangat malam, dan Hazel belum pulang. Coba periksa di mansion mereka, apa pestanya masih berlangsung?" tanya Gabriel risau. "Baik, Tuan." Edgar tersenyum.  *** Tbc... Jangan lupa tap love dan comments yup:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN