"Dapet surat lagi, Dek?" Anin menoleh. "Iya. Ngapain, sih, kirim-kirim surat? Udah gitu kalo cerita nanggung, kayaknya sengaja banget biar aku temuin." Makanya surat yang datang itu kali ini tidak Anin buka, dia biarkan menumpuk di dalam laci. Kalau bisa sampai Anin lupa bila ada kiriman surat dari papa. "Mau Mas temenin aja ke sana? Biar tuntas. Dan nggak ada lagi surat-surat yang ganggu kamu." Anin diam. Seril beranjak ke arah laci di mana istrinya menyimpan berlembar-lembar kertas itu. Seril baca. "Dek." Sontak Anin menoleh. Dia sedang melipat baju si kembar. Dan anak-anaknya itu serempak terlelap. Mereka sudah berusia tiga tahun saat ini. Waktu terlalu ngegas lajunya, sementara Anin terkadang masih berasa jalan di tempat. "Mau Mas temenin ke lapas?" Hari itu. Lagi. Anin di