50 | Om Ibnu

1211 Kata

"Mas." "Hm?" Sedang makan es krim sekarang, duduk di bangku taman area mal itu. Sudah keluar dari arena bermain dan Anin tidak memilih pulang ataupun nonton. Dia mau menghadapinya. Bersenang-senang tanpa memedulikan sosok yang pernah Anin panggil papa. Saat berpapasan pun, Inggit yang tampak heran, soalnya Anin cuma lewat seolah tidak kenal dengan mereka. Ya, papa dan Sus Tika pun begitu. Ini benar-benar serius tentang putusnya hubungan keluarga. Darah yang mengalir di tubuh Anin dan menjadi bagian dari papa sudah tidak ada artinya. Lagi pula, toh, memang papa cuma kehilangan Anin; satu putrinya. Beliau masih punya Inggit dan cukup Inggit seorang. Anin tidak memiliki fungsi lagi bagi papa. Anin juga tidak mendatangkan kebahagiaan di hidup papa. Benar, sih. Kalau sudah hilang nilai gun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN