"Gue gak pa-pa, Nin." "Bibir sama dagu lo berdarah, Cit. Terus tadi lo kayak orang mau pingsan. Lo dipukul kenceng banget sampe bunyi. Nggak pa-pa apanya?" Diucap dengan suara parau khas habis nangis, malah air mata Anin masih suka menetes. Betul, dia menangisi Citra. "Maafin gue, ya, Cit?" Tangis Anin kembali mengisi bilik di mana Citra berada, ini IGD, jadi tak hanya ada Citra saja di dalamnya. Tertutup gorden yang mengelilingi. Bang Seril sedang mengurus administrasi. Di sini Anin duduk tepat di tepi ranjang Citra. "Nggak pa-pa, ih. Ngapain minta maaf? Ini yang salah si kutu kupret mantan Bang Seril yang naudzubillah amit-amit Ya Allah" Panjang betul sebutan Mbak Prita, membuat Anin kontan terkekeh di sela tangisnya. "Ya udah, ah, lo jangan banyak omong dulu. Bukannya sakit itu