"Yang tadi itu calon istri saya, rencananya mau saya nikahi dalam waktu dekat." "Prita?" Dulu. "Iya." Selepas Seril membawa Prita ke rumah, memperkenalkannya kepada keluarga besar; berisi sebelas saudara—para kakak dan adik. "Abang ndak setuju. Aja karo ... sopo jenenge? Prita?" Bang Iman geleng-geleng. Abang nomor satu. "Mbok golek liyane, Ril." Cari yang lain saja katanya, Bang Sultan ikut bicara. "Cah ayu ning Suka Maju ndak ada yang bikin atimu gleser-gleser, to?" Maksudnya, gadis cantik di desa ini apa tidak ada yang membuat hati Seril ser-seran. "Sukanya sama Prita, gimana?" Seril terkontaminasi bahasa yang biasa dia gunakan di kota. Waktu itu memang kerja di sana, di perusahaan yang sama dengan sang kekasih. "Perasaan bisa berubah, tapi watak karo sifat wis paten. Susah.