"Jadi bener, kamu yang rampok konter Anin?" "Bukan aku, Mas. Bukan aku!" "Jujur sama Mas, Tika. Kamu, kan?" "Mas ...." "Iya, kan?" Tika geming. Sementara itu, Ibnu langsung menggeledah tas besar yang tersimpan di dekat lemari. Tika menyusulnya, kentara sekali hendak menghalau. Dan apa yang Ibnu tuduhkan tadi ternyata benar. Dia melihat beberapa boks ponsel, voucher, hingga uang tunai. Tika sontak berhenti mencegah. Ibnu berdiri, bertolak pinggang. "Kita terdesak, Mas. Kondisi kita yang mengharuskan aku—akh!" Kaget. Ada sebuah tamparan jatuh di wajahnya, yang mana itu berasal dari telapak tangan suami. Tika menatap tak percaya pada lelaki bertampang babak belur—entah habis dipukuli siapa, suaminya belum cerita. Tapi apa wajah Tika juga harus dibikin babak belur? Kenapa ditampa