Tiga Puluh Dua

1588 Kata

Briyan melemparkan kaleng minumannya secara asal, bahkan benda yang sudah menjadi sampah itu menggelinding tidak masuk ke dalam tong sampah. Sudah cukup lama, perdebatan tak berujung itu belum membuahkan hasil. Di depannya, seorang pria berambut tembaga, dengan wajah mulai keriput tetapi tetap menampilkan wajah masa mudanya yang rupawan. Pria itu tengah menatap gedung pencakar langit di depannya sambil melipat tangan. Pandangannya kosong, gurat sendu nampak di wajahnya yang mulai menua dimakan usia. "Aku menyukainya, Dad!" Briyan kembali mengulang kalimat itu. Laki-laki yang dipanggil "dad" itu menoleh. Menatap datar sang anak yang menautkan erat jemarinya. Dia, sangat membenci kalimat yang baru didengarnya barusan. "Suka bukan berarti cinta, kau perlu memahami dua perkataan itu sebel

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN