Entah berapa menit, yang jelas Briyan bisa mendengar detak jantungnya sendiri saat wanita itu seakan menumpahkan rasa frustasinya padanya. Wanita ini begitu rapuh dan menyedihkan. Briyan tak mengatakan apa-apa, tak berbuat apa-apa. Sri masih saja menangis sambil mengucapkan nama Aryo berkali-kali. Nama yang tak dikenal oleh Briyan. Briyan mengangkat tangannya, menepuk pundak rapuh wanita itu. Hal itu bukannya membuatnya tenang, tapi, dia malah tertarik kembali ke dunia nyata dan segera mendorong Briyan dari pelukannya. "Kamu bukan dirinya, kamu bukan Mas Aryoku, kamu bukan dirinya. Aku pasti gila, aku pasti sudah gila." Sri merosot ke lantai, mata basahnya menatap lantai yang mengkilap memantulkan bayangan yang mengejek dirinya. Bahkan dia menjambak rambutnya sendiri. Briyan kehilangan

