"Ayo makan sekarang kalau gitu," ajak Dewa pada Tiffany. "Oh, oke." Tiffany merapikan rambutnya. Ia terus menyipitkan mata karena tanpa kacamata, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Ketika hendak keluar dari kamar, ia hampir tersandung lipatan karpet. "Sayang!" Dewa dengan sigap memegangi tubuh Tiffany. "Ya ampun, aku butuh kacamata baru." Tiffany mengeluh seraya memijat keningnya. "Nanti kita beli, abis ini. Ya!" Dewa melepaskan pinggang Tiffany, tak ingin gadis itu marah-marah padanya. Tiffany mengangguk, lega karena Dewa tidak menyentuh lagi. Ia memutuskan untuk berjalan dengan lebih perlahan agar tidak tersandung lagi. Ketika turun ke lantai satu, kedua mata Tiffany kembali menyipit. Ia menatap pintu ganda yang ada di dekat anak tangga. "Itu perpustakaan kamu, Sayang. Kamu in