Dia kembali ke kamar, Vanya pilih menonton film sambil melakukan masker muka. Hampir tertidur kala ponselnya menjelang tengah malam bergetar. [Aku di depan gerbang rumahmu, bisa kamu ke sini?] Satu pesan dari tunangannya yang membuat mata Vanya semula mulai mengantuk jadi terang benderang lagi. “Depan rumah? Jam berapa ini?!” gumamnya, ia segera beranjak dari ranjang. Melepas masker wajahnya dan membuang ke tempat sampah. Vanya mengintip melalui jendela kamar dan melihat mobil tunangannya terparkir di sana. “Aric tidak bercanda.. mau apa dia?!” Vanya mendesah, kemudian dia takut jika mungkin terjadi sesuatu atau ada hal penting. Herannya mengapa Aric tidak turun dan mengetuk pintu. Sungguh jadi tanda tanya besar dikepala Vanya. Vanya sudah akan turun, tetapi urung dan memilih mencuc