“Hentikan, Aric!” nada manja itu lolos dari bibirnya yang mulai terasa pegal, sejak tadi tawa gelinya menggema di kamar mereka akibat ulah tangan jahil suami yang terus mengganggu dirinya. Aric-nya yang dulu telah kembali, yang sebelum berubah jadi menyebalkan. Mendapat protes dari wanitanya, Aric berhenti menggelitik telapak kakinya. Sebelum benar-benar menjauh, ia mencium ujung jemarinya. “Apaan sih cium-cium di situ!” protes Vanya sembari menarik kakinya. Sementara Aric memang menyukai setiap jengkal tubuhnya, selalu memperlakukannya mesra dan intim bila sedang berduaan seperti sekarang. Tawa kecil keluar dari mulutnya, Aric kemudian menarik Vanya hingga kembali meringkuk bersamanya. Mereka duduk di dekat jendela kamarnya, memang menyediakan tempat untuk bersantai. Tangan Vanya meme