“Sayang..” Vanya mendongak menemukan suaminya membuka pintu ruang kerja. Setelah berpikir amat panjang, Vanya memutuskan bergabung dengan perusahaan keluarga. Sudah berjalan tiga bulan, selama itu juga satu gedung dengan Aric. Seperti jam enam sore, yang sering terjadi, Aric akan muncul menjemputnya. Kehadiran Aric sudah tidak asing untuk kantornya. Aric melepas jas juga dasi, lalu meletakan di kursi tepat depan meja Vanya. Aric juga melepas dua kancing teratas. Kemeja biru muda yang dikenakan hari ini pilihan Vanya, ia menggulung bagian lengannya. Vanya menyandarkan punggung, tangannya berdekap sembari salah satu memegang pen dan menggigit ujungnya. Aric tersenyum, segera memangkas jarak di antara mereka, ia menyandarkan bokongnya di ujung meja, tangannya terulur menyentuh sisi wajah V