"Tidak mau apa pun!" tetap pada pendiriannya. Aric tetap memesankan makanan dan minumnya untuk Vanya. "Kenapa kamu pesankan untukku?" Satu alis Aric naik, "siapa tahu kamu berubah pikiran nanti." Jawabnya santai. Duduk bersandar, matanya lekat menatap Vanya yang jadi salah tingkah. Dia coba mengalihkan tatapannya sejak tadi. Aric tersenyum, Vanya melihatnya. Makanan mereka tak lama di antarkan, menit pertama Vanya hanya menatap tak minat. Sampai Aric mengatakan sesuatu, "Berdasarkan data The Economics Intelligence Unit. Negara kita masuk jadi peringkat kedua penghasil sampah makanan di dunia. Orang-orang kita suka buang-buang makanan, padahal jelas di negara ini juga masih banyak yang kelaparan, bahkan data anak-anak terkena gizi buruk itu-" Vanya segera meraih piring bagiannya, "Kam