“Kurasa kamu telah memulainya, Vanya. Dengan pergi ke kelab malam nanti dengan Hamish.” Vanya hanya menatap malas, biar begitu Aric begitu yakin. Maka dia tidak akan biarkan Vanya pergi ke kelab sendiri atau hanya dengan Hamish. Mereka sampai di apartemen, Vanya membersihkan apartemen dan mencuci pakaiannya. Sementara Aric langsung membuka laptop dan meeting virtual. Vanya kembali ke kamar, tepat ponselnya berdering. Telepon dari sang Ibu. Vanya berjalan ke depan jendela kamar, berdiri sembari menjawab telepon dari Ibunya. Sudah lama tidak bicara langsung, terakhir dengan pembicaraan marah Vanya pada mereka. Ia harus meminta maaf, sadar bila seharusnya tak boleh semarah itu pada orang tuanya. “Aric masih di sini. Dia tinggal di apartemenku.” Beritahu Vanya. “Mamah tidak terkejut?” “