“Astaga, aku akan adukan ke atasanmu!” “Atasanku mertuamu sendiri.” Vanya tertawa kian lepas berpadu dengan tawa tunangannya. Beberapa saat tawa keduanya memelan, Vanya lekat menatap tunangannya, “aku jadi penasaran mau lihat saat kamu presentasi di depan orang-orang.” “Pastinya kamu akan semakin terpesona padaku.” Vanya menarik pipi tunangannya, “percaya diri banget!” gerutu Vanya. Justru Aric meraih tangannya dan mencium punggung tangan tersebut dengan lembut, “Jadi aku harus menolak penawaran menarik perusahaan yang lain?” “Ya.” Angguk Aric semangat. “Kamu akan semakin senang kalau tahu salah satu yang bertemu dan wawancaraku di perusahaan tersebut.” Aric langsung menoleh, sudah melepaskan tangan tunangannya. “Siapa?” Vanya hanya menggeleng kecil, Aric tetap menuntut