Aubrey hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, menatap kedua ujung sepatunya yang mengetuk-ngetuk pelan lantai marmer rumah Gabriel ini. Pintu ruang kerja dihadapannya masih tertutup rapat, entahlah, apa yang dibicarakan Gabriel dengan ayahnya—yang pasti lama sekali. Namun tak lama kemudian, pintu itu terbuka dan sosok Gabriel yang tinggi nan tampan keluar dari sana. “Ap—” Aubrey hendak menanyakan mengenai apa yang dibicarakan, namun sebelum kata itu sempat terucap, tangannya sudah ditarik terlebih dahulu oleh Gabriel agar meninggalkan ruangan itu. “Gabriel,” ayahnya memanggil namun Gabriel menghiraukannya. “Gabriel, biarkan Ayah berbicara dulu dengannya.” “El, berhenti!” Aubrey terpaksa menghentikkan langkahnya sehingga Gabriel juga menghentikkan langkahnya. “Aku akan berbicara