Part 6 : Masih Edisi Pengantin Baru (18+)

1172 Kata
"Bang.." Ellia mengusap d**a bidang Cakra yang kokoh dan berotot. Malam ini Cakra dan Ellia menginap dirumah orang tua Cakra, setelah seminggu bermalam di hotel, sungguh Cakra berubah menjadi seorang maniak kala itu. Seperti tak ada rasa lelah dalam dirinya saat mencumbu Ellia dengan penuh cinta dan nafsu. Cakra berdeham, mata hijaunya masih terfokus pada grafik saham yang tertera di iPad-nya. Memang sejak kelas tiga SMA Cakra sudah mulai bermain saham, bermodalkan uang yang ia dapat saat mengikuti lomba Olimpiade Matematika. Ellia yang duduk dipangkuan Cakra pun mulai jengah karena terus saja tidak diacuhkan. Dengan wajah usil dan m***m, Ellia menyambar bibir tebal Nick dan menciumnya sedikit kasar. Cakra melotot seketika namun seper sekian detik kemudian ia mengimbangi ciuman brutal Ellia, tangannya pun sudah menjelajahi tubuh mungil nan sexy milik Ellia. "Ahh..hmm.." Ellia mendesah hebat kala Cakra mulai mengulum puncak dadanya dengan lembut sesekali menggigit gemas benda kembar favoritnya itu. "Kenapa heum?" Cakra menatap wajah cantik Ellia dengan lekat, Ellia pun cemberut kesal. "Jangan kacangin El dong, besok kan abang udah mulai sibuk kuliah, masa iya sekarang El malah dikacangin." protes El kesal dengan bibir yang kini nampak sepertin ikan barakuda. "Kita pindah ke kamar bawah aja, nanti mom sama dad bangun." Cakra menggendong Ellia seperti seorang anak balita menuju kamar bawah. "kok di bawah sih? ACnya kan mati, nggak enak." protess El lagi. "Kamu kalo ke enakan teriak-teriaknya nggak kontrol sih. Malu sama Mom sama Dad." jelas Cakra lembut, jemarinya aktif mengusap pipi mulus Ellia. "Ishh... Kalo itu abang juga ikut andil, lagian abang kalo goyang suka nggak kira-kira." jawab Ellia kesal. Cakra menaikan kedua alisnya, menatap Ellia dengan tatapan gelinya "Trus?" "Disini aja.. El janji khusus kali ini mendesah nya di mute dulu." pinta El, Cakra pun terpaksa mengangguk mengiyakan, walau sebenarnya ia tak yakin Ellia dapat menahannya. Cakra membawa Ellia kembali masuk ke kamarnya, jika pria lain akan menaruh istrinya dengan hati-hati, bak porselen mahal maka hal itu tidak berlaku untuk Cakra. Ia melempar tubuh Ellia ke kasur empuknya, membuat Ellia memekik, sepersekian detik kemudian ia ikut melompat ke kasur dan menindihi tubuh El, membuat keduanya terkikik geli. Suara decapan dari ciuman brutal El dan Cakra menjadi backsound malam panas mereka. "Ehmmm..ah--mmm..." Ellia mendesah tertahan kala Cakra mulai menusuk-nusuk intinya dengan brutal. Dan dengan usilnya bibir Cakra terus saja menghisap kuat puncak d**a Ellia, yang mungkin saja telah lecet karean sejak kemarin Cakra menggarapnya tanpa ampun. Dengan sekuat tenaga Ellia membalik posisi Cakra, sungguh ia lebih menyukai jika dirinya diatas, ia merasa lebih leluasa bergerak dengn tempo yang ia mau. (Dasar m***m!) "Ahhhhh... Damn El!! kamu sangathh nikmatt!!" desah Cakra yang begitu hebat kala Ellia memimpin diatas dengan tempo yang sangat cepat dan ritme tak beraturam. "together." bisik Cakra Bluurr... Cairan hangat milik Cakra terasa mengisi penuh milik Ellia, cairan cinta mereka meleleh kemana-mana, deru nafas mereka saling bersahutan, dengan nafas tersenggal-senggal Cakra menyuruh Ellia menunggung dan bertumpu pada hard board kasur, Cakra melesakan juniornya masuk ke dalam milik Ellia dari belakang. "Ahhhhhhh!!!!" pekik Ellia keras. "Tahan desahanmu El! Ahhh.." peringat Cakra, padahal ia sendiri juga mendesah "Goyangan abanghhh...ahh..bikin El nggak kuat..uhhmmm.. Pliss deeperr Bang." Teriakan Ellia makin membahana seiring dengan tusukan Cakra yang semakin brutal. Semua desahan yang Ellia keluarkan seolah sebuah perintah untuk Cakra untuk semakin menaikan tempo permainan mereka. Damn!!! Ini sangat nikmat!!! Pekik Cakra dalam hati ia terus memompa Ellia dari belakang dengan tangan yang aktif meremas dan memilin gunung kembar Ellia yang menggantung indah. Ellia melonglong nikmat, masa bodoh dengan mertuanya yang akan mendengar desahan nikmatnya. Namun tak lupa dalam hatinya berdoa, Jika nanti ia memiliki anak, anak mereka harus secerdas Cakra. Di sebelah kamar Cakra, Renata dan Nick nampak geli sendiri, kala mendengar suara terikan nikmat Ellia dan Cakra yanh saling bersahutan. "Anak kita udah bisa bikin anak." kekeh Nick diangguki Renata yang terkekeh sama gelinya. “Bentar lagi nimang cucu kita yang.” Imbuh Renata. Setelah mendapatkan pelepasan mereka, Tubuh Cakra ambruk disamping tubuh Ellia. "You're amazing babe." puji Cakra sambil menarik El dalam pelukannya. Perasaan bahagia begitu menyelimuti hati Ellia setiap kali Cakra memuji dirinya, hatinya terasa menghangat kala mendengar pujian kagum Cakra pada dirinya, ada kebahagiaan menyelimuti hatinya tiap kali mendengar Cakra yang tak sungkan-sungkan memujinya setelah mereka selesai bercinta. "Semoga cepet jadi." lirih El penuh harap sembari mengusap perutnya. Tanpa El ketahui tubuh Cakra terasa menegang. Cakra melepaskan pelukannya pada El, ia membuka laci nakas mencari sesuatu. Hal itu pun tak luput dari penglihatan El. "Cari apa Bang?" tanya El tak mendapat jawaban. Beberapa menit kemudian, "nih." ucap Cakra sambil memberikan pot obat pada El. "Obat apa ini?" tanya El bingung. "Vitamin." ucap Cakra, Ellia menatap obat itu heran. "Itu Vitamin biar kamu nggak lemes aja kalo kita abis goyang. Biar kamu vit lagi." jelas Cakra dengan senyuman kaku-nya. "ohh.. Makasih syuamikkuu." Ellia pun mencium bibir Cakra kilat, lalu segera meminum obat itu dengan air mineral yang tersedia diatas nakas. Cakranya begitu perhatian, dan ia suka itu. "Peluk dong Bang, El ngantuk nih." pinta El manja, dengan senang hati Cakra pun memeluknya erat, sesekali mencium pelipis dan puncak kepala Ellia dengan sayang. "I'm sorry El." lirih Cakra, sangat lirih hingga ia pastikan Ellia tak mendengarnya. Cakra mencium pucuk kepala Ellia dengan penuh cinta, ya! Cinta. Ia mencintai istrinya ysng begitu polos dan naif ini. “Akan ada waktu yang tepat untuk semua ini” Lirih Cakra lagi, sebelum akhirnya ia ikut terlelap bersama Ellia. Pagi menjelang. Cakra membuka matanya lebar kala mendengar suara wanita-nya dari dalam bilik kamar mandi. 'Hueekk.. Hueekk..' Sekejap kilat Cakra langsung mengahmpiri Ellia, melupakan dirinya yang kini sedang dalam keadaan polos. Ellia mendongak kala pintu kamar mandi dibuka kasar oleh seseorang, ia memekik kala melihat penampilan Cakra yang nampak begitu sexy dan menggoda di matanya, dengan wajah mengantuk, rambut berantakan, dan tubuh polos penuh kiss mark. "Are you OK?" tanya Cakra mendekati Ellia. "I'm OK, pliss jangan deket-deket bang, ini sangat menjijikan." peringat Ellia karena ia baru saja muntah di wastafel. Cakra tak peduli, ia segera mengambil minyak angin dari kotak P3K disana dan memijat tengkuk Ellia. "Better?" Ellia mengangguk lemah. Seper sekian detik kemudian Cakra mengangkat tubuh Ellia dan membawanya keluar dari kamar mandi. "Istirahat dulu," Ellia mengangguk, Cakra mengusap-usap dahi Ellia dengan sayang. "I'm sorry." lirih Cakra, sangat lirih. mata hijau-nya namoak berkaca-kaca kala melihat wajah berseri istri dan bibir pink istrinya kini nampak pucat. Terbesit rasa bersalah yang amat besar di hatinya. "Bang???" panggil Ellia lemah, Cakra menunduk menatap dalam Ellia dan mengecup puncak kepala istrinya dengan saying. "Apa gini ya rasanya morning sick yang sering dirasain ibu-ibu hamil? Kalo iya aku seneng bangett.. Berarti ada Abang Junior disini.." Ucap Ellia dengan wajah pucat yang nampak berbinar, tangannya terulur meraba perutnya. “Abang hebat ih, baru seminggu masa udah langsung jadi.” Kekeh Ellia mengusap pipi Cakra. Lagi-lagi Ellia tertawa lirih “Bisa-bisa El dikira hamil duluan ini mah.” “Ehm, tapi nggak papa deh, yang penting El udah mau jadi ibu.” Cakra diam tak menjawab, ia kembali menarik Ellia ke dalam dekapannya. “Kita tidur lagi.” Bisik Cakra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN