"Tuan Abdiel sangat tampan," bisik seseorang yang ada di ruang guru itu. "Na'am. Ana entah kenapa selalu terbayang dengan wajah uniknya itu," timpal yang lainnya. "Hush! Tidak boleh seperti itu, itu disebut zina mata." Salah satu dari mereka menegor. "Asstagfirullahaladzim!" ucap mereka serempak. Tapi Aylin bisa melihat mereka selalu memperhatikan lapangan di mana. 'Dasar penggoda perempuan !.' Rutuk Aylin tanpa sadar. Entah darimana kekesalan kemenangan ini didapat. Dan kenapa pula El sangat tampan dan gagah di lapangan itu. "Ukhti Anisa, apa pun yang kamu pikirkanan sama?" Aylin menoleh sesaat pada wanita yang tadi memuji El. "Ana tidak tahu." Aylin menjawab dingin, lalu pergi dengan buku di dadanya dan berjalan pulang. Entah ada apa dengan dirinya, berkali-kali Anisa kalah di