Kaki Aylin melangkah dengan lesu ke arah rumahnya. Entah kenapa, langkahnya jadi terasa berat. "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." Aylin bersuara lemas. "Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Anisa berjalan ke arah Aylin lalu memeluk anaknya itu. "Kenapa nak? Kenapa wajahmu murung seperti itu?" Aylin menggelengkan kepalanya sungkan lalu menundukan kepalanya. Anisa yang mengerti sifat anaknya memilih diam lalu tersenyum manis. "Kamu naik lah ke atas untuk Sholat dan mandi. Setelah itu turunlah, Ummi memasak makanan yang Aylin sukai." Aylin hanya menganggukan kepalanya lesu lalu kembali berjalan ke arah kamarnya. Sesampainya di dalam kamar. Entah ada apa air mata itu mengalir deras. Entah apa arti dari air mata itu. Aylin pun tak mengerti kenapa dia menangis. Setelah