Undangan pernikahan tiba-tiba ada di depan Aylin. Aylin sampai membelalakan mata saat meminjam. Nama Abdiel dan Khoirunnisa ditulis dengan tinta emas. "Ukhti, ini undangan pernikahan ana dengan Abdiel." Aylin membeku saat undangan itu nyata di undangan. "Maksudnya ...." "Kami akan menikah." Aylin membeku seketika. Matanya menatap Abdiel yang berdiri sekitar satu meter darinya. Pria itu menatapnya dengan senyum. Aylin terdiam lalu menundukan disetujui. "Kenapa sangat cepat?" Aylin bergumam pelan. "Karena kata Ummi, nanti timbul Fitnah jika lama-lama. Lagi pula akan lebih baik dipercepat." Aylin mengangguk lemah lalu berdiri dan pergi dari mereka berdua. Entah darimana datangnya rasa nyaman yang melingkupi hati Aylin yang kini tercurahkan pada air mata. Aylin berlari ke Arah Perum