Ara hanya menurut saja saat Edgar membawanya memasuki mobil Alphard yang sudah siap di depan lobby hotel.
"Jalan To..."
"Siap bos. "
Mobil segera melaju meninggalkan hotel dan menyusuri jalanan.
"Rumah kamu dimana?" tanya Edgar memandang Ara yang duduk di jok belakang.
"Saya turun disini saja pak."
"Jangan, jalanan sepi, bahaya untukmu pulang seorang diri."
"Tapi pak...."
"Saya tidak akan berbuat jahat sama kamu, kenapa sulit sekali kamu mengatakan dimana alamatmu. Ada yang kamu sembunyikan?"
"Bukan itu pak, saya tidak ingin merepotkan."
"Saya tidak repot."
Ara bingung harus mengatakan dimana tempat tinggalnya, terbersit satu ide di kepalanya.
"Alamat saya di jalan pelangi nomor 45, tempat kos saya, " jawab Ara, ia kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
Edgar meminta Wanto, supirnya melajukan mobilnya ke alamat yang dikatakan Ara, sebenarnya Edgar sangat mengantuk tapi ia tak ingin Ara pulang sendirian, Edgar menyandarkan kepalanya di kursi mobil, ia duduk di depan bersama Wanto sedangkan Ara duduk di belakang sendirian. Di sebuah perempatan Wanto menghentikan mobil dan menoleh pada Ara.
"Mbak Ara, ini kemana?" tanya Wanto menoleh pada Ara.
"Belok kiri pak, 500 meter dari sini itu tempat kos saya pak. "
"Baik mbak," Wanto belok kiri dan lurus dan ia bisa melihat nama jalan dan tinggal mencari nomor yang tepat. Akhirnya Wanto sampai di rumah nomor 45.
"Sudah sampai mbak Ara...."Wanto menoleh tapi ia melihat Ara sudah tertidur pulas.
"Bos....itu..."
Edgar ikut menoleh ke jok belakang dan juga melihat Ara yang tertidur pulas.
"Lalu bagaimana bos? kita sudah sampai rumah kost mbak Ara."
Edgar memandang rumah itu, seperti bukan rumah kos, seperti rumah tinggal dan cukup bagus untuk ukuran rumah kos, lagi pula tidak ada name tag tempat kost. Edgar turun dan mendekati pintu gerbang rumah itu dan menekan bel pintu beberapa kali, pintu rumah terbuka dan Edgar melihat seseorang keluar dan mendekati gerbang, gerbang terbuka dan menampakkan seorang gadis seusia Ara.
"Ini tempat kos bukan?" tanya Edgar menatap gadis di depannya.
"I...iya pak, bapak..."
"Saya Edgar, oh ya Ara nya tertidur di mobil, biar saya bawa masuk, tolong tunjukkan kamarnya, kamu teman sekamarnya kan?"
"Hah...eh...iya saya teman kosnya, " jawab gadis itu.
Edgar kemudian kembali ke mobil dan membuka jok belakang dan membopong tubuh Ara yang tertidur pulas. Ia mengikuti langkah gadis itu masuk dalam rumah dan meletakkan tubuh Ara di ranjang dan pamit pulang.
Edgar heran, sepertinya itu tadi bukan rumah kost tapi rumah tinggal, ia merasa aneh dengan teman Ara tadi seperti gugup.
~~~
~~~
Ara membuka matanya, ia menggeliat tapi segera terduduk saat menyadari apa yang terjadi. Ia menebarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan mengenal kamar siapa ini, ia mengucek matanya dan melihat jam dinding. Sudah jam 7 pagi, ia melihat pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis yang ia kenal.
"Sudah bangun kamu..." ucapnya.
"Kenapa aku bisa tidur disini, semalam...."
"Kamu kenapa jadi pelor gitu sih Ra, untungnya bos besar yang baik hati yang antar, gimana kalau orang jahat."
"Haduh bicara apa sih kamu Cantika, " ucap Ara beranjak dari ranjang menuju kamar mandi dan keluar dengan wajah basah karena cuci muka. Kemudian duduk di tepi ranjang.
"Kamu kenapa sih gini banget sama kerjaan kamu, lebih baik juga jadi pegawai kantoran kayak aku."
"Hhhh.....kamu kan tau passion aku disini, nggak usah protes mulu. "
"Sekarang kamu mau masuk?"
"Enggak mau libur aja capek. "
"Kamu sepertinya dekat sama siapa itu....pak Edgar, sampai antar pulang segala," ucap Cantika menggerakkan gerakkan alisnya.
"Ngomong apa sih kamu Cantika, nggak usah bikin asumsi yang tidak tidak, ceritanya panjang."
"Ya udah, kamu ceritakan sama aku, aku kan sahabat kamu, aku aja bilang semua ke kamu, masa kamu enggak. Kita tak bertemu sebulan aja banyak yang aku lewatkan."
"Iya iya, nanti aku ceritakan."
"Sepertinya hubungan kalian lebih dari sekedar bos dan bawahan, sampai mau antar pulang dan gendong kamu lagi. "
"What?! gila kamu, kamu kan tahu tujuanku disana."
"Iya aku tahu Ra, tapi tidak ada salahnya kan kalau kamu menemukan cinta disana, pak Edgar itu kan duda, sah-sah aja. "
"Hhhh....apa apaan kau ini, aku tidak mau mencampuradukkan tugas dan asmara."
"Tapi menurutku aneh aja Ra, dia kan bos besar, kamu kan office girl, perhatiannya itu loh."
"Itu biasa aja sih. Kata para pegawai pak Edgar emang begitu orangnya, nggak hanya ke aku dia begitu, udah ah aku mau pergi dulu. "
Oooo----oooO
Edgar keluar dari lift menuju ruangannya, ia melihat bu Nina sedang membereskan ruangannya.
"Selamat pagi pak Edgar."
"Selamat pagi bu Nina, kok bu Nina yang membereskan ruangan saya, bukannya Ara biasanya?" tanya Edgar yang sudah duduk dan membuka laptopnya.
"Ara sudah 4 hari ini tidak masuk pak, sakit."
"Sakit?!" pekik Edgar terkejut. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap bu Nina.
"Iya pak sakit, mungkin kelelahan saat ada event kemarin, dia menelepon dan mengatakan sedang sakit, nggak apa apa kan?" jawab bu Nina tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Nggak apa apa bu Nina, biarkan dia libur dan istirahat sampai sembuh."
Edgar berfikir sejenak, apakah Ara sakit karena berkelahi dengan pria yang mencuri dokumen waktu itu, tentu saja karena esoknya juga Ara tetap bekerja dan pulang dinihari. Ia putuskan akan menjenguk Ara nanti sore, ia melanjutkan pekerjaannya namun ia bingung kenapa ia tak bisa konsentrasi, fikirannya tertuju pada Ara, ia menghawatirkan keadaan Ara.
Sore hari ia putuskan segera menuju rumah yang diakui Ara sebagai rumah kostnya, ia minta Wanto mempercepat laju mobilnya, ia berhenti terlebih dulu untuk membeli buah buahan untuk Ara, dalam waktu satu jam mobilnya sudah terparkir di depan rumah jalan pelangi no. 45. Edgar kemudian keluar dari mobil dan menekan bel di pagar Rumah.
Cantika keluar dari kamar mandi saat bel pintu berbunyi.
"Siapa sih, tekan bel segitunya," cantika berjalan ke arah jendela dan mengintip dari jendela lantai 2 kamarnya, matanya membola melihat sosok Edgar yang berdiri di depan pagar rumahnya membawa keranjang buah. Ia buru buru mengambil ponselnya dan menghubungi Ara.
"Halo Ara..."
"Kenapa Can..."
"Kamu dimana?"
"Biasa....kenapa sih, suara kamu panik gini?"
"Itu pak Edgar...."
"Pak Edgar? Bos Hotel Akasia Internasional?"
"Iya...."
"Kenapa dia?"
"Dia di depan rumah aku sekarang."
"Hah...??!! ngapain?"
"Mana aku tahu, dia bawah buah seperti mau jenguk orang sakit, memangnya kamu ijinnya gimana?"
"Iya emang aku ijin sakit."
"Hadeh...kenapa nggak bilang, ini orangnya disini mau jenguk aku harus gimana jawabnya. Masa sakit nggak ada di rumah."
"Sorry sorry, aduh gimana dong Can, aku masih ada urusan penting ini nggak bisa langsung ke rumah kamu."
"Lah terus gimana?"
"Bilang aja aku sedang periksa ke rumah sakit, biar dia pulang."
"Ya udah oke oke."
"Thank you Cantika, you are the best."
"Bye..." Cantika mengakhiri sambungan teleponnya dan bergegas berganti pakaian dan turun, ia keluar dari rumah dan membuka pintu pagar.
"Selamat sore, bukannya bapak yang waktu mengantar Ara?"
"Iya, saya dengar dia sakit beberapa hari, saya ingin menjenguknya."
"Aduh gimana ya pak, Ara sedang periksa ke rumah sakit."
"Apa sakitnya parah sampai harus ke rumah sakit?" tanya Edgar khawatir.
"Hhh....eh tidak juga, hanya periksa aja dan minta vitamin biar fit"
"Apa sejak tadi dia perginya?"
"Iya...."
"Boleh saya masuk, saya ingin menunggu sampai dia pulang. "
"Hah.....!!"
"Apa tidak boleh? biar saya menunggu di luar saja jika memang pria tidak boleh masuk."
"Baiklah silahkan masuk," terpaksa Cantika mempersilahkan Edgar masuk dan duduk di kursi teras, Edgar meminta Wanto menunggu di mobil. Cantika masuk dalam rumah dan keluar kembali membawa minuman untuk Edgar.
"Silahkan diminum pak. "
"Terima kasih, saya lihat ini bukan seperti rumah kos ya?"
"Oh....iya pak, ini rumah saya, tapi Ara kost di rumah saya, jadi nggak ada orang lain yang kost," jelas Cantika.
"Oh....pantas, tidak ada petunjuk jika ini rumah kost."
"Saya permisi sebentar pak."
"Silahkan...."
Cantika masuk dalam rumah dan kembali menghubungi Ara.
"Ara...buruan pulang"
"Kenapa lagi Can?"
"Ini pak Edgar. "
"Kan aku bilang tadi, katakan aja kalau aku ke rumah sakit."
"Iya tapi dia mau nunggu kamu pulang, gimana dong?"
"Hhhh....iya iya aku pulang sekarang. Ribet banget."
"Ya udah cepetan." Cantika mengakhiri sambungan teleponnya, tapi ia tidak keluar dan tetap di dalam rumah.
Ara keluar dari taksi, ia melihat mobil bosnya terparkir di depan rumah sahabatnya Cantika. Ia kemudian berjalan masuk dan melihat Edgar duduk di kursi yang ada di teras rumah Cantika, ia menghela nafas kemudian melangkah masuk.
"Pak Edgar?"
"Ara....? Kamu sudah pulang? kata teman kamu, kamu periksa ke rumah sakit, apa kata dokter?" Edgar memberondong Ara dengan pertanyaan membuat Ara bingung dengan sikap bosnya itu. Edgar kemudian meletakkan tangannya di dahi Ara, hal itu membuat Ara tersentak tak menyangka akan apa yang dilakukan Edgar, jantungnya berdetak cepat, ia merasakan sesuatu yang aneh saat tangan Edgar menyentuh dahinya. Ia menatap Edgar dan matanya bersirobak dengan Edgar yang malah membuat detak jantungnya semakin cepat, ia yakin Edgar bisa mendengar kerasnya detak jantungnya, lama mereka saling menatap hingga Ara memundurkan tubuhnya membuat Edgar menjauhkan tangannya dari dahi Ara.
"Maaf..." ucap Edgar merasa kikuk dengan apa yang ia lakukan.
Lynagabrielangga