Kin baru kembali dari toilet sekadar untuk mencuci muka, agar terasa lebih segar. Tentu saja ia tidak mau meninggalkan Anya terlalu lama. Itu sebabnya ia hanya pergi sebentar dan lekas kembali ke ruangan di mana Anya berada. Bahkan semalaman ia tidak tidur demi terus menemani wanita itu. Tidak ingin melewatkan sedetik pun, perkembangan yang terjadi, meski Anya masih belum sadarkan diri. Setelah menghela napas pelan, tangan pria itu mendorong gagang pintu dan melihat ke dalam. Kedua mata Kin membola saat menyadari sesuatu yang mencengangkan. Kakinya melangkah cepat, memastikan apa yang dilihat, sebuah kebenaran. “Sayang?” Tangan Anya membuka oksigen yang menutup bagian hidungnya. Meski pelan dan lemas, wanita itu masih berusaha menyunggingkan senyum. “Mas …Mas Kin,” panggilnya terbata-b