Pak Devan terlihat kecewa. Pria itu mengatur nafasnya. Siapa suruh dia berlari mengejar aku kan? Kalau capek, ya tanggung sendiri. "Alea, kamu harus mendengarkan alasan saya. Saat itu saya dan dr. Rudi sedang ...." Pak Devan terlihat masih berusaha mengelak dan mencari alasan. "Ah, sudahlah, Pak. Tidak perlu Anda jelaskan lagi. Saya gak butuh penjelasan Anda, jadi percuma saja." Aku memotong ucapannya. Palingan hanya pembelaan diri. Namanya juga pria. Pasti gak mau disalahkan. Aku menarik lengan si Raka, "Ayo, Ka. Kita pergi." "Alea!" Aku tidak menggubris panggilan pria itu. Terus aja jalan dan keluar dari gedung rumah sakit. "Al, Pak Devan tuh, ngikut terus!" Si Raka menyenggol lenganku. "Halah, biarin. Nanti juga capek sendiri dia." Kami langsung menuju parkiran motor. Seperti